Lihat ke Halaman Asli

Agung MSG

TERVERIFIKASI

Insan Pembelajar

Renewal for Betterment: Menggali Potensi Melalui Proses Metamorfosis pada Anak SMA

Diperbarui: 27 Maret 2024   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Metamorfosis itu pertumbuhan. Semakin banyak kegiatan ekstrakurikuler diciptakan & difasilitasi sekolah, itu semakin baik. | Foto: @hitzsmansacjr

"Perubahan adalah langkah awal menuju kebaikan. Mari kita temukan potensi kita melalui proses metamorfosis yang tak terelakkan ini."

Metamorfosis itu adalah fase penting yang wajib dilalui oleh remaja. Begini, coba dibayangkan aja, seperti waktu kita dulu jadi anak kecil yang tiba-tiba jadi lebih besar, dan dituntut untuk lebih berpikir dewasa. Nah, itulah metamorphosis. Proses di mana kita mengalami perubahan yang tak cuma fisik, tapi juga perubahan dalam perasaan. Juga cara kita berinteraksi ama orang lain, dan cara kita berpikir.

Ibarat kupu-kupu yang awalnya jadi ulat, terus berubah jadi kepompong. Terus jadi kupu-kupu cantik. Analogi itu membantu kita mengerti bagaimana pentingnya proses perubahan buat tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Itulah konsep metamorphosis.

Sekarang, mari kita fahami pentingnya metamorphosis itu sendiri.

Senyatanya, di masa SMA, adalah fase yang penuh dengan cobaan sekaligus kesempatan. Karena itu, penting sekali buat kita menghargai dan mengerti proses metamorfosis ini. Dengan mengerti konsep metamorfosis, kita bisa membantu diri sendiri dan teman-teman buat mengelola perubahan yang kita hadapi dengan lebih baik. Tujuannya, supaya kita bisa jadi orang yang lebih mandiri, lebih bisa berguna, dan lebih bisa membuat perubahan positif di lingkungan sekitar kita. Jadi, dengan mengerti proses metamorfosis, kita bisa membuat lingkungan kita jadi tempat yang nyaman buat kita tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik.

Pertama, mari kita tinjau teori perkembangan remaja secara ringkas teori tentang perkembangan remaja membagas pentingnya proses metamorfosis buat menentukan identitas diri. Misalnya, menurut teori identitas Erickson, remaja itu sedang menghadapi krisis identitas versus peran kebingungan. Jadi, mereka lagi berusaha buat mencari tahu siapa sebenernya mereka, dan juga mencari tahu bagaimana caranya mereka bisa berguna dalam masyarakat. Nah, proses metamorfosis ini jadi dasar utama buat membentuk identitas mereka. Di fase ini, remaja mencoba berbagai peran dan nilai-nilai buat menentukan tempat mereka di dunia.

Pengaruh Metamorfosis pada berpengaruh besar pada berbagai hal dalam kehidupan remaja. Di sisi hubungan sosial, proses ini bisa mengubah cara mereka bergaul sama temen, keluarga, dan lingkungan sekitar. Dalam pendidikan, metamorfosis bisa mempengaruhi semangat belajar mereka, minat, dan cita-cita akademik. Kemudian, di bidang karir, proses ini bisa membentuk pandangan mereka tentang pekerjaan dan cita-cita karir di masa depan. Dengan mengerti pengaruh metamorfosis ini di berbagai aspek kehidupan remaja, kita bisa merancang strategi yang pas buat bantu mereka menghadapi perubahan dengan positif dan produktif.

Sejumlah Faktor yang Mempengaruhi Proses Metamorfosis

Peran Lingkungan Sekolah dan Keluarga tentunya punya pengaruh besar dalam proses metamorfosis remaja. Lingkungan sekolah yang mendukung akan memberikan ruang buat remaja melakukan  eksplorasi, belajar, dan berkembang. Guru yang peduli dan program ekstrakurikuler bisa membantu remaja tumbuh. Tapi, sebaliknya lingkungan yang tekanan akademiknya berlebihan atau tidak inklusif bisa jadi penghambat proses metamorfosis. Disisi lain, keluarga juga penting. Keluarga yang mendukung, memberdayakan, dan mendorong kemandirian, bisa membantu remaja melewati proses metamorfosis dengan baik.

Faktor lain yang berpengaruh pada proses metamorphosis anak remaja adalah teknologi dan Media Sosial. Keduanya berperan besar dalam membentuk pola pikir dan perilaku remaja. Semisal, bila terlalu banyak waktu di media sosial, maka itu bisa membuat remaja merasa terbebani dengan standar yang tidak realistis. Tanpa sadar dan perlahan, ia bisa terus membandingkan dirinya dengan orang lain. Padahal kebutuhan, minat, bakat dan potensi orang dalah berbeda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline