Lihat ke Halaman Asli

Agung MSG

TERVERIFIKASI

Insan Pembelajar

Cahaya yang Terlupakan: Al Quran di Tengah Kegaduhan Dunia dan Kesibukan

Diperbarui: 19 Maret 2024   05:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cahaya Al-Qur'an harus selalu ada di tengah obsesi dunia dan kesibukan. | Image: ideogram

"Di dalam kebisingan dunia, dan kesibukan tuntutan kerja dan kesibukan, heningkanlah hatimu untuk mendengar suara yang abadi, suara Al-Qur'an. Di situlah terdapat kebijaksanaan yang menuntun kita dalam kegelapan, dan cahaya yang memandu kita menuju kehidupan yang penuh makna."

Di zaman yang penuh dengan kebisingan dan kegemparan dunia, kita seringkali terlena dalam aliran informasi yang tidak pernah berhenti mengalir. Politik, ekonomi, gosip, hoaks, dan segala hal lainnya menjadi topik yang selalu dibicarakan. Kita sibuk dengan keramaian, namun terlupa pada keheningan yang penuh makna dari Al-Qur'an.

Al-Qur'an, kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi terakhir kita, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, ditinggalkan begitu saja. Ia hanya menjadi hiasan di rak-rak lemari, terbungkus dalam lapisan debu yang semakin tebal. Betapa menyedihkannya, Al-Qur'an yang seharusnya menjadi pedoman utama hidup kita, kini hanya dibuka pada bulan Ramadan atau saat duka cita menghampiri.

Rasulullah sendiri pernah mengeluh kepada Allah tentang umatnya yang meninggalkan Al-Qur'an. Bagaimana tidak, di tengah gemerlap dunia yang sibuk, kita lupa pada cahaya yang dapat menuntun kita menuju kehidupan yang benar.

"Rasul (Muhammad) berkata, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mengabaikan Al-Qur'an ini.'" (QS. Al-Furqan 25: 30)

Kata-kata bijak Imam Adh-Dhahak bin Mazahim Al-Hilaly rahimahullah memberi kita cerminan yang jelas akan keadaan kita saat ini. Dia telah memperingatkan tentang zaman di mana pembicaraan begitu melimpah, namun Al-Qur'an dibiarkan terkubur dalam keheningan.

Tidak hanya itu, kita juga harus memahami akibat dari mengabaikan Al-Qur'an. Ibnul Qayyim Rahimahullah telah menguraikan empat kategori sikap mengabaikan Al-Qur'an, mulai beriman dan mendengarkan al-qur'an dengan penuh perhatian, juga berhukum kepada al-qur'an dengan yakin dan pasti. Kemudian, menghayati dan memahami makna al-qur'an, serta menggunakan al-qur'an sebagai sumber kesembuhan hati.

Kita harus mengubah sikap ini. Kita harus membuka Al-Qur'an, membacanya, merenungkan maknanya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur'an adalah sumber kebijaksanaan dan petunjuk bagi kita dalam menghadapi segala persoalan hidup.

Mari kita berlindung kepada Allah dari menjadi bagian dari kaum yang hanya pandai bicara. Sering posting ini dan itu, namun melupakan harta terbesar yang telah diberikan-Nya kepada kita. Mari kita berjanji pada diri sendiri untuk menyempatkan waktu setiap hari, bahkan hanya beberapa menit, untuk membaca Al-Qur'an. Karena sungguh, Al-Qur'an akan menjadi penolong kita di hari kiamat kelak.

Sekali lagi, kita dipanggil untuk memperbaiki diri, mengingat pesan Rasulullah , dan meneladani kearifan para ulama terdahulu. Semoga Allah menguatkan tekad kita dalam meniti jalan-Nya dan memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Wallahu A'lam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline