Dalam perjalanan hidup, kita seringkali diberi nasihat oleh orang lain. Namun, menerima nasihat itu tidak selalu mudah. Imam Ghazali pernah mengingatkan kita bahwa nasihat itu sendiri mungkin sederhana, tetapi menerimanya dengan lapang dada adalah tantangan yang sesungguhnya. Dalam puisi ini, kita akan menjelajahi makna mendalam dari menerima nasihat dalam kehidupan kita.
"Berlapang-lapanglah Menerima Nasihat Jiwa"
Imam Ghazali pernah mengetuk dalam jiwa
"Nasihat itu mudah, yang sukar adalah menerimanya.
Bagi mereka yang mengikuti hawa nafsunya,
maka nasihat akan terasa pahit."
Di dalam jantung manusia, nasihat bersemi,
Sebuah harta yang tak ternilai, tak terganti.
Kita berada dalam kekalutan, kerugian yang mendalam,
Namun nasihat datang sebagai sinar kebijaksanaan yang cerah.
Dalam kerumitan hidup yang terus berputar,
Nasihat adalah pemandu, jalan yang benar.
Dari mana pun ia datang, terimalah dengan rela,
Sebab dalam nasihat, kebijaksanaan terselubung.
Kata-kata bijak, bukan hanya kata-kata kosong,
Mereka adalah berkah jiwa, penuntun yang kuat.
Kata Nabi, "Agama itu Nasihat", nasihatilah wahai insan
Sebagai tugas suci, yang takkan terlupakan.
Namun, tak semua hati menerima dengan terbuka,
Ada yang menolak, berdalih, atau bahkan mencoba melarikan diri.
Mereka yang menghendaki kebaikan, penuh dengan kasih,
Berusaha untuk membimbing, tanpa pamrih yang kentara.
Nasihat itu seperti jahitan halus di dalam kain,
Mengikat hati kita pada kebenaran, tanpa celah.
Bukan hanya mengenai dunia, juga urusan akhirat,
Nasihat itu benar-benar harta yang berharga.
Jika terasa pahit di dalam mulutmu yang terbuka,
Ingatlah kata-kata Imam Ghazali, bijaksana dan tulus.
Bagi mereka yang mengikuti hawa nafsu tanpa henti,
Nasihat akan terasa pahit atau sepele, seakan tak terlalu penting.
Jadi, wahai saudara-saudaraku di dunia ini,
Berlapang dada dan bukalah hati untuk nasihat yang datang.
Sebab dalam nasihat terkandung cinta dan kebijaksanaan,
Ia adalah rezeki terbaik jiwa, jalan menuju kebaikan.