Lihat ke Halaman Asli

Agung MSG

TERVERIFIKASI

Insan Pembelajar

Strategi Pemulihan dan Pengembangan Bisnis Sirkuit Mandalika: Tantangan Finansial dan Infrastruktur

Diperbarui: 21 Juni 2023   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kunci keberhasilan pemulihan dan pengembangan bisnis Sirkuit Mandalika terletak pada inovasi, kerjasama, dan komitmen untuk mengatasi tantangan finansial dan infrastruktur."

Dari kacamata risk management, setidaknya ada 7 dimensi yang perlu dilihat dari adanya penyelenggaraan di Sirkuit Mandalika. Yaitu : Skala dan Tingkat Internasional, Acara Balap, Kapasitas dan Fasilitas Pendukung, Investasi Pembangunan, Dampak Ekonomi, Reputasi dan Branding, dan Potensi Bisnis dan Investasi Masa Depan. Evaluasi faktor-faktor ini dapat membantu dalam menilai potensi keuntungan bisnis dan nilai investasi jangka panjang dari keberadaan sirkuit.

MotoGP Mandalika adalah sebuah ironi. Eventnya sekali dan rugi. Ironi lain, penontonnya penuh, tapi BUMN pengelolanya merugi cukup dalam. Kerugian ini di masa depan juga akan jadi tekanan tersendiri, bahkan bisa terancam terbengkalai akibat perencanaan pembangunan yang kurang matang, terutama dari sisi pembiayaan untuk pemeliharaan, beban bunga utang, hingga penyusutan aset.

Sirkuit Mandalika banyak terlilit utang karena beberapa faktor. Berikut adalah beberapa fakta dan alasan mengapa sirkuit memiliki hutang yang menumpuk:

Pertama, Tingginya biaya konstruksi. Sirkuit Mandalika adalah fasilitas kelas dunia, dan konstruksinya sangat mahal. Total biaya proyek diperkirakan cukup besar dan triliunan, di mana Rp 4,6 triliun merupakan utang. Pembangunan sirkuit menghadapi banyak tantangan, termasuk masalah pembebasan lahan dan pembatasan pekerja akibat pandemi COVID-19.

Terdapat beberapa informasi terkait biaya proyek Sirkuit Mandalika. Namun, terdapat perbedaan antara biaya pembangunan infrastruktur pariwisata di KEK the Mandalika yang difasilitasi oleh Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) sebesar USD 248,4 juta (setara Rp 3,6 T) melalui program Mandalika Urban & Tourism Infrastructure Project (MUTIP) (www.itdc.co.id, 23/02/2023) dengan biaya pembangunan Sirkuit Mandalika itu sendiri. Direktur Utama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Abdulbar M. Mansoer menyebutkan bahwa proyek sirkuit ini menelan biaya Rp800 miliar, namun jumlahnya belum pasti (finance.detik.com, 17/10/2019).

Namun, pada artikel lain disebutkan bahwa biaya pembangunan track Sirkuit Mandalika saat pertama kali adalah Rp 950 miliar, sedangkan keseluruhan sirkuit (beserta bangunan penunjang) bisa mencapai Rp 1 triliun lebih (finance.detik.com, 16/02/2022). Meskipun demikian, tidak terdapat informasi yang menjelaskan secara pasti berapa total biaya proyek Sirkuit Mandalika secara keseluruhan.

Kedua, Tak Sesuai Spesifikasi. Jurnalis The Race Simon Patterson pernah menuliskan bahwa trek di Sirkuit Mandalika tidak sesuai dengan spesifikasi. Dimana komposisi batu yang direkomendasikan konsultan tak dipakai di lintasan Sirkuit Mandalika. Alih-alih memakai materi yang direkomendasikan, lintasan Sirkuit Mandalika malah memakai batu yang ditambang secara lokal. Alhasil, jenis batu yang dipakai itu tidak menempel dengan benar di aspal (Kompas, 15/02/2022).

Ketiga, Sengketa tanah. Terjadi sengketa tanah dengan warga setempat yang mengklaim bahwa tanah mereka diambil untuk Sirkuit Mandalika tanpa ganti rugi yang layak. Karena itu, ratusan warga masih merasa tanahnya dirampas untuk proyek sirkuit. Tanah warga desa sekitar sirkuit tiba-tiba dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika seluas 1.035,67 hektare -mencakup Sirkuit Mandalika - di Kecamatan Pujut itu tanpa adanya proses ganti rugi yang tuntas. Masyarakat sipil mendesak Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), sebagai pendana proyek KEK Mandalika, turun tangan untuk menyelesaikan sengketa lahan ini. (betahita.id, 14/03/2023).

Keempat, Minimnya Infrastruktur Pariwisata di Daerah Tersebut. Sirkuit Mandalika terletak di daerah terpencil di Nusa Tenggara Barat, dan tidak ada infrastruktur pariwisata yang cukup di daerah tersebut untuk mendukung sejumlah besar pengunjung yang diharapkan dapat menarik sirkuit tersebut. Hal ini menyebabkan jumlah pengunjung yang rendah dan kurangnya pendapatan untuk sirkuit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline