Lihat ke Halaman Asli

Agung MSG

TERVERIFIKASI

Insan Pembelajar

Indonesia Supermarket Bencana: Ini Mencerdaskan atau Mencemaskan?

Diperbarui: 25 November 2022   14:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : thejakartapost.com (AFP/Aditya Aji)

Ketua PMI Pusat Marie Muhammad, dulu pernah mengatakan, bahwa Indonesia ini seperti supermarket bencana. Semua bencana ada di Indonesia, kecuali angin tornado (bukan angin puting beliung).

Info ini kian mencemaskan, atau mencerdaskan ? Pilihannya ada pada kita.

Statistik bencana pun menunjukkan, bahwa 83% wilayah Indonesia adalah wilayah bencana alam. Mulai dari gempa, tsunami, longsor hingga cuaca ekstrim kekeringan dan kebanjiran. Ditambah dengan penyakit endemik dan "periodik" lainnya, seperti flu burung, sars, polio, anthrax, demam berdarah dan muntaber, dll.

Dalam catatan Crisis Management Response Team (CMRT), potensi bencana alam tersebar "merata" di seluruh Indonesia. Bahkan sejak 2008, Data gempa signifikan dengan magnitudo (M) 5,0 ke atas terjadi 350 kali per tahun. Gempa merusak rata-rata 10 kali dan dua tahun sekali terjadi gempa besar berpotensi tsunami. (Republika.co.id, 160322)

Semua itu tak perlu berlebih ditakuti, karena bencana selalu datang tiba-tiba dan "suka-suka". Pilihannya hanya ada dua : siap dan menunggu, atau tak siap dan terus terganggu. Karena itu, literasi bencana & kebencanaan sebagai dasar mitigasi bencana, tentu harus jadi bagian kehidupan kita kini dan kedepan.

Khusus untuk bencana gempa, dampak daya rusaknya sendiri tergantung dari banyak faktor. Mulai dari skala (atau magnitude) gempa, intensitas (lamanya) gempa, jarak sumber gempa, kedalaman sumber gempa (makin dangkal makin merusak), kualitas tanah dan bangunan, serta lokasi gempa.

Penyebabnya sendiri bisa karena pergeseran lempeng bumi, letusan gunung berapi, kejadian alam seperti tanah longsor, atau bisa juga karena faktor non alam. Seperti menurunnya kepadatan tanah dan berkurangnya air tanah secara drastis, penambangan yang berlebih dan tidak terkontrol. Bisa juga karena percobaan peledak berkekuatan tinggi.

Bencana dan musibah itu tidak harus ditakuti, meski kita hidup di Negeri Cincin Api. Itu semua kejadian alami. Upaya alam untuk menyeimbangkan hukum-hukum ilahi

Bencana dan musibah itu tidak harus ditakuti. Tapi harus semakin diakrabi sebagai realitas aksi-reaksi dengan menunjukkan bahwa kita ini benar-benar makhluk yang berakal budi. Untuk mengantisipasi, mengidentifikasi, menganalisis hingga meminimalisasi : Masalah, musibah, bencana dan resiko yang mungkin dihadapi

Bencana dan musibah itu tidak harus ditakuti, karena anugrah dan bencana ada dalam skenario illahi. Untuk meninggikan derajat insani, sebagai khalifah, untuk beramal, untuk berkontribusi. Juga untuk bermain peran, menegakkan kebenaran & keadilan, untuk diuji. Serta untuk berikhitar dan bertanggungjawab atas semua yang terjadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline