Lihat ke Halaman Asli

Agung MSG

TERVERIFIKASI

Insan Pembelajar

Hati-Hati, Nabi Sudah Ingatkan Maraknya "Bermunculnya Pena" Sebelum Kiamat

Diperbarui: 18 November 2022   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : pexels.com - cotttonbro studio

Sederet kecanggihan WhatsApp sekarang ini, kian memanjakan para penggunanya. Lewat update terbarunya yang dilakukan terus menerus, membuat para penggunanya kian dinanabobokan dengan berbagi fitur kelengkapan didalamnya. Seperti penggunaan satu nomor WA ini nantinya bisa dipakai di 4 device yang berbeda, plus adanya fitur hapus pesan otomatis.

Dengan fiturnya yang kian familiar, Grup WA rasanya jadi grup medsos yang paling terkemuka. Grup ini sungguh mengasyikan saat kita buka di tengah waktu istirahat, atau saat ada luang dari kesibukan. Seabrag grup sudah ditawarkan. Para pemakai WA sendiri punya banyak grup. Ada grup bisnis atau profesi, ada grup mastermind, ada grup hobi, ada grup keluarga, ada grup keluarga besar, ada grup ketetanggaan, ada grup dakwah dan mengaji, ada juga grup para alumni. Juga grup-grup lainnya. Banyak ragam dan beragam juga tujuannya.

Bila kita perhatikan lebih seksama, satu orang dewasa sekarang ini rata-rata punya setidaknya punya 4 hingga 8 grup WA. Hanya saja untuk grup ketetanggaan, grup alumni dan grup keluarga besar biasanya, isinya suka gado-gado. Ada guyon, ada humor, ada tayangan yang menyebalkan, ada info yang menakutkan, atau info lain yang tak jelas pengantar kata atau maksud postingannya. Soalnya, itu posting dicemplungin aja ke grup. Tak jelas, orang posting atau upload di grup itu ia berharap apa ? Maksudnya apa ? Main posting dan cemplung aja. Alhasil, grup wa seperti ini bisa jadi grup sampah !

Lama kelamaan, agak kesal juga melihatnya. Seolah apa yang ia dapat di grup sebelah, serta merta dishare langsung di grup kita. Atau hasil penelusuran pada minatnya, bila ia rasa bagus, juga langsung di share grup kita. Kesal, gemesin, dan kadang agak emosi juga jadinya. Karena di grup-grup tertentu, suka tidak ada aturannya. Sampai di sebuah kasus ada yang protes keras !

Lalu, saya pun ungkapkan kegemesan ini : "Gimana kalau di grup ini kita fokus hanya pada hal yang positif-positif saja, biar enakeun gitu..."

Sahabat lain yang manis pun menimpali. "Apapun alasannya, saya tidak setuju dan saya berprotes keras terhadap hal yang seperti ini. Saya kurang setuju kalau hal seperti ini diposting disini. Sependirian dengan yang tidak setuju, lebih baik di grup ini posting dan share hal-hal yang hanya membawa aura kebaikkan, energi positif, dan hal-hal yang menginspirasi, memotivasi"

Lucunya, pernah di sebuah grup ada member yang keluar. Saat dia pamit dan keluar, eh dimasukin lagi ama adminnya :-).

Efek medsos memang bisa membuat mood dan emosi negatif jadi tak bagus. Betapa tidak rata-rata waktu penggunaan media sosial orang Indonesia misalnya, bisa mencapai 197 menit atau sekitar 3,2 jam per hari (katadata.co.id). Apalagi bila itu terjadi sering, dan terjadi dalam rentang waktu yang panjang. Karena Dr. Barbara Fredicktion dengan prinsip Optimum Positivily Ratio 3 : 1, pernah mengingatkan, "Kita membutuhkan tiga emosi positif untuk mengangkat kita untuk setiap emosi negative yang membuat kita bete atau pun jatuh". Artinya, saat kita membaca berita satu berita negatif, maka kita membutuhkan setidaknya 3 berita positif untuk me-recovery-nya.

Nabi Muhammad Saw bersabda : "Sesungguhnya pengkhususan salam hanya untuk orang-orang tertentu saja. Maraknya perdagangan, (banyaknya) pemutusan tali silaturahmi, (banyaknya) persaksian palsu, (banyaknya) penyembunyian persaksian yang benar dan BERMUNCULNYA PENA (TERSEBARNYA KARYA TULIS) akan terjadi menjelang terjadinya hari kiamat" (HR Imam Ahmad)

Etika dan adab atas fenomena kita bermedsos ini, sudah diingatkan 15 abad yang lalu oleh Rasulullah dengan bahasa yang klasik ("tersebarnya pena"). Ya, dunia digital dengan media komunikasi didalamnya yang berisi tulisan dan beragam konten lainnya yang tersebar dengan massif, adalah salah fenomena sebelum hari kiamat datang. Medianya terdistribusikan melalui medsos atau grup medsos yang mewarnai dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu Whatsapp, Telegram, Facebook, atau pun platform medsos lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline