Lihat ke Halaman Asli

Agung MSG

TERVERIFIKASI

Insan Pembelajar

Riset Harvard Business School Vs Prinsip "Hidup Itu seperti Air Mengalir"

Diperbarui: 24 Oktober 2022   05:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : pixabay

Benarkah bahwa hidup ini seperti air yang mengalir ? Mari kita simak ungkapan populer yang banyak beredar di masyarakat ini :

"Jalanilah hidup ini seperti air mengalir. Tetaplah mengalir meski ada rintangan, halangan, dan sampah-sampah kecil yang dibuang orang ke air. Lalu, tetap berbaurlah dengan air kotor yang meski itu mencemari, namun hidup harus tetap membersihkannya. Dan bila ada palang pintu atau halangan menghadang, tetaplah terobos agar bisa terus mengalir"

Ungkapan diatas, sungguh bagi saya membingungkan. Pertanyaannya sekarang : Benarkah hidup itu seperti air mengalir ? Ngak salah tuh ? Coba pikir ulang !

Sahabat saya pernah menyentil bahwa bila kita berprinsip bahwa hidup itu seperti air, maka kemungkinan kita ini sampah. Wah ! Atau, bisa juga kita ini seperti hal yang tak berguna yang terbawa arus dan harus siap dibawa kemana-mana.

Hm, pikir-pikir ada benarnya juga. Namun menurut hemat saya, janganlah diasosiasikan bahwa hidup ini seperti air yang mengalir. Ntar kalau bermuara ke got, atau comberan gimana ? Kan berabe ya !

Mending hidup itu dirancang dengan baik. Direncanakan di sisa hidup kita, ditulis dan "diseimbangkan" dengan tujuan-tujuan hidup yang lain. Juga diseimbangkan dengan peran-peran kita yang lain.

Caranya, ya dituliskan saja, seperti kita menuliskan 99 Impian Luhur dan Mulia untuk Hidup Sehat, Sukses dan Mulia. Atau prinsip yang lebih lengkap : Sehat - Sukses - Sejahtera - Bahagia - Mulia - Bermakna. Atau apa pun yang sesuai core values kita. Aplikasinya bisa untuk jangka pendek, bisa jangka menengah, dan juga bisa jangka panjang. Terserah, kita enak dan nyamannya seperti apa. Yang jelas, saat kita menuliskannya dengan TULISAN TANGAN, bisa jadi itu akan jadi takdir dan suratan baik untuk kita.

Saran saya, tuliskan tujuan hidup itu di waktu yang nyaman untuk kualitas hidup kita di masa yang akan datang. Untuk satu tahun kedepan, plus juga lengkapi untuk tujuan jangka menengah dan jangka panjang kita. Terserah formatnya seperti apa. Bebas. Yang penting kita menuliskannya.

Pernah, ada yang bertanya : Mengapa impian hidup itu harus ditulis tangan ? Jawabnya, orang yang menuliskan impian hidup yang luhur, mulia dan bermakna, akan lebih besar kemungkinan tercapainya dibandingkan dengan mengetikannya di noted atau word pada laptop atau pun smartphne. Itu bisa terjadi, karena makin banyak indera yang dirangsang, maka akan makin mudah menyerap di alam bawah sadar. Tulisan tangan juga lebih terpersonalisasi dibandingkan dengan tulisan dengan computer atau pun gadget.  

Prinsip ini yang saya dapatkan saat belajar psikosibernetika belasan tahun yang lalu. Maxwell Maltz seorang ahli citra diri seseorang yang mengarah ke kehidupan yang lebih sukses dan memuaskan, pernah mengatakan bahwa Psycho-Cybernetics mutakhir adalah Ilmu pengetahuan yang orisinil tentang pengembangan diri dan sukses, yang telah mengubah kehidupan ratusan juta orang. Apalagi sekarang, dengan berkembangnya NLP, NAC (Neuro Associative Conditioning), dan lain sebagainya, puncak kinerja orang bahkan team bisa dilejitkan jauh lebih baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline