Lihat ke Halaman Asli

Memburu Jejak TKP dalam Bungkusan Nasi

Diperbarui: 7 April 2017   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Bungkusan Nasi


Tidak ada kejahatan yang sempurna dan tidak meninggalkan bukti/jejak, prinsip inilah yang selalu saya pegang ketika berada dilokasi tkp (Locard Exchange). Pertanyaannya adalah seberapa cepat,seberapa lama dan seberapa rusak tkp tsb. Jika berbicara tkp tak jarang kami selalu mengurut dada dan menarik napas panjang  karena kecewa akan lokasi tkp yang kami datangi. Ntah itu disengaja atau tidak yang jelas akan berpengaruh terhadap hasil pengungkapan.

Untuk kasus yang satu ini memang butuh kejelian dan kesabaran,dimana tkpnya rusak parah diakibatkan oleh banyaknya masyarakat yang masuk dan parahnya lagi bercampur air dari sisa pemadam kebakaran, mengenai saksi sangat – sangat minim bahkan tetangga sekitar saja yang tinggal dekat dengan korban tak mengetahui ada seseorang yang datang apalagi dimintai keterangan seputar pribadi korban jelas mustahil.

Untuk sampai kelokasi tkp saja kami harus menggulung celana jeans karen jalan yang becek dan di genangi air pemadam kebakaran ditambah beratnya peralatan tkp yang harus kami bawa dengan cara menggendong dan mobil juga terpakir lumayan jauh dari pinggir jalan. Lokasi tkp sudah di penuhi masyarakat yang penasaran terhadap tkp yang baru saja terjadi apalagi saat melihat kedatangan kami dilokasi jepretan kamera tak henti-hentinya diabdikan terhadap moment saat itu.
Sebagai petugas forensik lapangan tentu saya harus tanggap melihat keadaan dan suasana dalam tkp, apalagi terdapat korban yang hitam di akibatkan oleh kebakaran. Ada begitu banyak barang bukti dan deduksi yang saya temukan lewat pengamatan di lokasi tkp yang pastinya membuat saya bertanya-tanya dan segera ingin membuktikan kebenarannya……….
Penasaran akan kisah selanjutnya silahkan ikuti ceritanya dalam buku “Memburu Jejak TKP”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline