Guru bukan jalan, tetapi penunjuk jalan.
Penulis : AGUNG HERMANUS RIWU
Mengikuti pendidikan guru penggerak di tahun 2024 merupakan suatu tantangan baru bagi saya. Di tengah kesibukan sebagai guru di sekolah, pegiat literasi dan mengurus keluarga membuat saya harus pandai membagi waktu. Walau sulit, saya selalu berprinsip hidup harus terus berjalan dan wajib diisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Saya juga percaya, kesempatan ini adalah penyelenggaraan Tuhan dan pastinya, berjalan bersama Tuhan adalah sebuah petualangan yang mengagumkan.
Ketika memulai proses pendidikan, saya bertemu dan berkenalan dengan Fasilitator, Pengajar Praktik, para senior guru penggerak dan sesama Calon Guru Penggerak sebagai sahabat baru. Saya memberi nama perjumpaan itu sebagai "pertemuan yang menginspirasi." Menginspirasi karena tidak hanya saling mengenal tetapi saling menguatkan dan meneguhkan karya pelayanan sebagai guru.
Jika ada yang bertanya, perasaan apa yang saat ini sedang membingkai hati dan sanubari saya ? Saya akan menggenggam tangannya, menatap matanya dalam-dalam dan bilang, "saya sangat bahagia." Alasannya sederhana, tidak ada perasaan yang lebih gembira selain bisa bergandengan tangan, berjalan bersama orang-orang hebat untuk menguatkan tugas mulia, mendidik dan mengajar anak-anak bangsa.
Luciano de Crescenzo pernah bilang, "kita masing-masing adalah malaikat bersayap satu dan bisa terbang bila saling berpelukan." Jika kita bisa membangun gotong royong dalam pelukan yang penuh persaudaraan disitulah letak kebahagiaan itu.
Dalam kolaborasi ini, saya menemukan inspirasi yang terang benderang ketika mempelajari pemikiran-pikiran Ki Hajar Dewantara. Pertama, Ki Hadjar Dewantara menjelaskan tujuan pendidikan adalah "menuntun" segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Proses menuntun dapat dilakukan dengan menerapkan tri sentra pendidikan yaitu ingarso sang tulodo, ingmadya mangun karso, tut wuri handayani. Di depan memberikan teladan, di tengah memberikan inspirasi, di belakang memberikan dorongan.
Peran guru sama seperti gembala yang menuntun kawanan ke padang hijau dan mata air. Ketika tiba di padang hijau, sang gembala harus memastikan apakah tempat itu aman bagi kawanan untuk merumput. Setelah dia memastikan bahwa tempatnya nyaman, sang gembala membiarkan kawanan menikmati santapan.
Ketika kawanan sedang merumput, seorang gembala tidak pernah memaksa kawanan harus makan ini dan itu. Atau memilih jenis rumput yang harus dikunyah. Gembala juga tidak mengatur kawanan, misalnya saat merumput harus menghadap ke arah tertentu. Gembala membawa kawanan ke padang hijau, memastikan kenyamanan tempat itu dan memberi kebebasan kepada kawanan untuk menjelajahi padang rumput.