[caption id="attachment_203311" align="aligncenter" width="300" caption="http://mimpi1m.heartline.co.id/inspirasi.php?idinspiration=3"][/caption]
“ Beib, jadikan hari ini kita fitting baju pengantin? “ mataku terus membaca sms yang telah aku kirimkan sejam yang lalu. Hingga kini sms balasan yang aku tunggu-tunggu darimu tak pernah muncul. Beberapa kali aku telepon hp-mu, selalu mesin penjawab yang menerima. “ lupakah kamu dengan apa yang telah kita sepakati beberapa hari yang lalu? “ gumamku sambil terus berharap. Sekali lagi sms itu aku kirim, masih tak ada jawaban.
Janji dengan desainer baju pengantin semakin mendekat, sedekat detakan jantungku yang semakin kencang bertalu. Asa dan do’a semakin lancar terucap dari bibirku, mengharapkan kamu tiba-tiba hadir di depanku, berdiri mengembangkan senyum manis yang selalu aku rindu. Aku tak perlu alasan pembenaran telepon atau sms yang tiada terjawab, tapi butuh hadirmu yang akan kembali satukan retakan-retakan asa yang semakin luas menyebar. Bersama sederet tanya yang semakin menggebu di hati.
“ Sebaiknya aku menghampirimu. “ gumamku. Aku segera berdiri, berjalan menghampiri kunci motor matic yang tergantung di dinding kamar. Bergegas aku menuju garasi dan menjalankan motor ke rumahmu. Jarak 5 km sebenarnya tidak jauh, tapi terasa menyiksa dengan tanya-tanya yang selalu menyapa. “ Ah kenapa aku begini? “ tanya itu selalu memenuhi hatiku.
Belokan terakhir menuju rumahmu telah aku lalui. Hanya jalan komplek sepanjang 100 meter lagi yang akan aku tempuhi. Bayangan rumah dan wajahmu semakin membesar di pelupuk mataku, sebesar rasa bingung yang masih menyelaputinya. Mataku tercekat. Kakiku seakan terikat di atas pijakannya. Kulihat motor Dennisa terparkir di sisi kiri mobilmu.
“ Kenapa dia ada di sini? “ Aku mematikan motorku dan turun. Bergegas aku berjalan menuju pintu rumah. Ketika tanganku akan mendorong pintu rumah yang sedikit terbuka, tanganku tertahan. Manja suara Dennisa saat bercakap denganmu menahanku. Tawa riangmu saat menimpali kemanjaannya membakar nalarku.
“ Kejamnya dirimu padaku. “ gumaman lirih mengiringi tubuhku yang mendadak lemah tersandar di dinding rumah. Aku terus mendengarkan percakapanmu dengan Dennisa yang semakin serius. “ Jadi selama ini kamu lebih mencintai Dennisa dari pada aku? “ kembali aku bergumam. Aku kumpulkan sisa tenaga yang aku punya. Aku kuatkan hati dan tubuhku untuk tegak berdiri. Setapak demi setapak aku menjauhi rumahmu. Dengan hati yang hancur aku meluncur. Motor kulajukan lagi tanpa ada asa tentangmu yang tersisa.
_ _ _
“ Beib, benar kamu lebih mencintaiku dibandingkan Allia? “ tanya Dennisa sambil menyandarkan kepalanya di dada lapang Jemmy. Tangannya memainkan rambut hitam lurus yang tergerai. Wajah cantik, tubuh semampai dan senyum manis yang selalu menghiasi bibirnya. Insan mana yang tak akan tergoda jika melihatnya.
“ Aku lebih mencintaimu Nis. “ sahut Jemmy.
“ Terus kenapa kamu mau menikahi Allia, bukannya melamarku? “
“ Aku harus melakukannya Nis. Sebelum meninggal dunia, papanya telah mendonorkan matanya untuk papaku. Papa yang sempat mengalami kebutaan karena suatu kecelekaan, akhirnya bisa melihat lagi. Aku berhutang budi pada keluarganya. “
“ Tapi kan tidak harus menikahinya Beib? “
“ Tidak bisa Nis. Aku tak ingin membuat Papa membenciku. Setiap kali aku melihat mata Papa, aku seperti melihat almarhum papa Allia sedang memandangiku dan berharap untuk menikahi Allia yang telah lama memendam cintanya padaku. Meski…..“ Jemmy yang sedang berbicara dengan Dennisa tersentak kaget. Raungan suara motor yang berjalan menjauhi rumahnya begitu akrab di telinganya. Dia segera berdiri dan berlari menuju gerbang rumah. Sesampainya di depan gerbang, matanya masih sempat melihat laju motor yang baru saja meninggalkan rumahnya.
“ Allia…” teriaknya. Beberapa orang yang sedang berada di jalan kompleks sontak menoleh ke arahnya, tapi tidak dengan yang dipanggilnya. Tubuhnya semakin menjauh bersama laju motornya. “ Damn it, aku lupa ada janji untuk flitting baju pengantin dengannya. “ rutuk Jemmy kesal.
“ Allia? “ tanya Dennisa yang sudah berdiri di sampingnya dengan raut muka kaget. Wajah cantiknya mendadak memucat. Kulitnya yang putih semakin memutih, hingga nyaris seperti tiada teraliri darah. Tubuh semampainya serasa tiada lagi berotot. Matanya melihat tubuh salah satu sahabat karibnya itu menjauh.
“ Iya, Allia datang. Aku harus mengejarnya. “ Sahut Jemmy sambil berlari masuk rumah. Sesaat kemudiandia kembali dan bergegas masuk ke mobil CRV putih yang sedari tadi terparkir. Begitu telah berada di jalan, dia segera memacu mobilnya ke arah rumah Allia. Sejenak kemudian dia telah melihat Allia di depannya. Laju motornya goyah.
“ Allia berhenti. “ teriak Jemmy yang sudah mensejajari Allia. Yang diperintah tidak mau berhenti. Laju motor maticnya semakin cepat. Jemmy tak mau tinggal diam, dia segera mempercepat laju mobilnya dan mendahului Allia. Dia langsung berhenti dan turun dari mobil. Dihampirinya Allia yang juga menghentikan motornya.
“ Allia, biar aku jelaskan semuanya. “
“ Tidak perlu Jem. Aku sudah mendengarkan semuanya. Aku tahu perasaan cinta ini tak sepantasnya aku pertahankan hingga membuatmu terbelenggu. Aku bodoh dan tak pernah menyadari itu. Semua perhatianmu padaku hanyalah sebatas perasaan ingin membalas budi saja. Tak ada rasa cinta di hatimu. Cintamu hanya untuk dia, karibku sendiri. Rasa cintaku hanya menjadi onak dalam kehidupan kalian. “
“ Allia…” bentak Jemmy.
“ Apa? Bukankah memang itu kenyataannya? “
“ Allia, dengarkan dulu penjelasanku. “ pinta Jemmy sambil memegang bahu Allia yang masih duduk di sadel motor dan berusaha menyandarkan tubuh mungil Allia ke dadanya. Allia yang tingginya hanya 158 cm segera menepiskan tangan Jemmy.
“ Tak perlu lagi ada penjelasan. Angan-anganku sudah menjadi kenangan. Harapanku tinggallah harapan, meski cinta ini masih ada untukmu. Apakah rasa ini akan sama denganmu? Masih berdebar saat kita bertemu lagi? Masih ingin beradu senyum seperti yang pernah aku lakukan? Aku tak pernah tahu. Yang jelas saat ini aku ingin semuanya berakhir di sini. Takkan ada lagi cintaku di hatimu “
“ Tapi Al…”
“ Sudah tak ada yang perlu diperdebatkan lagi Jemmy. Daripada membiarkan hati kita bersatu dalam cawan retak, biarkan rasa cinta ini aku korbankan. Aku tak ingin ada penyesalan nantinya. Aku sakit, kamu pun sakit merasakannya. Kita sama-sama merasakannya. Aku relakan cintaku pergi, daripada sakit hati akan terus aku rasa. Aku berharap kamupun melakukan hal yang sama. “
“ Tapi …”
“ Sudahlah, Dennisa lebih membutuhkanmu dibandingkan aku. Rawatlah dia baik-baik. Aku yang bodoh, tak pernah menyadari jika ada cinta di antara kalian berdua. Jodoh tak pernah bisa dipaksakan. Tak selamanya cinta akan bersatu. Relakan aku pergi. Sekali lagi Dennisa lebih membutuhkanmu. “ Sahut Allia. Dia segera membelokkan motornya dan berlalu.
Jemmy diam. Tubuhnya tersandar di CRV putih yang masih melintang di jalan. Siluet-siluet keakraban yang pernah terjalin dengan Allia kembali bermain di kepalanya. Bergantian menari bersama bayang-bayang Dennisa yang selalu manja setiap kali mereka bersama. Saat sebuah klakson menghentak telinganya, dia segera tersadar. Dia bergegas masuk ke mobildan meluruskan posisi parkirnya.
_ _ _
Aku menangis tersedu di atas tempat tidur. Wajahku tertutup bantal putih yang selama ini setia menemaniku tidur. Ingin rasanya aku menghilangkan bayangan-bayangan Jemmy dan Dennisa, namun tak pernah bisa. Berkali-kali membolak-balikkan bantal, hingga menutupi wajah, bayangan mereka berdua semakin akrab menyapa benakku. Kenangan-kenangan indah yang pernah kami bertiga alami semasa kuliah begitu dalam terlukiskan.
“ Kenapa aku tak pernah sadari jika mereka berdua telah lama menjalin cinta. “ rutukku sambil memindahkan bantal yang menutupi wajah. Mataku masih sembab. Air mata pun belum lagi kering membasahi ke dua pipiku. “ Aku harus merelakannya. “
“ Jika mata telah tersilap rasa, bayang hitam pun akan muksa. Jika cinta telah meraga sukma, apalah daya logika takkan mampu bicara. Mimpi-mimpi akan hadir bersapa puja kata Menafikan nyata yang bersiap menerpa. Relakan, agar tak ada sesal kemudian. Ikhlaskan, meski sakit akan kau rasakan. Berat, memanglah berat rasanya. Tapi takdir tak akan mampu dilanggar paksa. “ Aku segera mengirimkan sms yang baru saja kuketikkan pada Jemmy. Begitu laporan sms terkirim masuk, hp segera aku matikan. Sim cardnya aku keluarkan dan kubuang ke tempat sampah. “ Maafkan aku. Aku tak akan bisa lagi menerima sms ataupun telepon darimu. Cukup sekali aku menjadi onak dalam kisah cintamu dengan Dennisa. “ kataku lirih.
Aku kembali merebahkan tubuhku. Bayangan kejadian 6 bulan yang lalu kembali, saat secara tak sengaja aku melihat tulisan tangan Dennisa di diary pink pemberianku. Dia mengeluhkan sakit tumor otak yang dideritanya. Sejauh ini hanya keluarganya saja yang tahu akan hal itu. “ Dennisa, semoga kau bahagia dengan Jemmy. “ harapku.
Denpasar, 07102012.0338
Masopu
Note :
Cerita terinspirasi dari syair lagu di bawah ini. Lagu berjudul “ Benthet Cingkire “ karya Atang Arthuro-Nanank YZ dan dinyanyikan oleh Chy Chy Viana dengan iringan musik dari OmpRock.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H