Lihat ke Halaman Asli

Tujuh Sifat Almarhum Jefri Albuchory yang Bisa Ditauladani

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13687750031792807368

[caption id="attachment_261870" align="aligncenter" width="663" caption="Foto: news.viva.co.id"][/caption]

Dalam menjalani kehidupan kita bisa mengambil pelajaran pada diri siapapun. Termasuk salah satunya pada orang yang sudah meninggal, karena untuk menjadi pribadi yang beruntung, sudah seharusnya kita harus terus belajar dan memperbaiki diri. Berikut adalah tujuh sifat Almarhum Jefri Al Buchory yang bisa kita tauladani dan kita contoh untuk menjadi manusia yang lebih baik:

1.Tidak putus asa akan ampunan Allah

Keterpurukannya dimasa muda, tidak membuatnya berenti untuk bertaubat, ia terus meminta pertolongan Allah untuk menjadikan dirinya bermanfaat untuk orang lain. Melalui doanya di depan Ka’bah ia berdoa apabila dirinya tidak ada manfaatnya untuk orang lain maka ia minta dicabut saja nyawanya. Sedangkan bila masih ada manfaatnya ia minta ditunjukan jalan. Sifat inilah yang selayaknya harus dimiliki oleh setiap muslim agar terus berusaha meminta hidayah dan ampunan Allah dan tidak putus asa akan ampunanNYA. Karena sebesar apapun dosa seorang hamba, ampunan Allah jauh lebih besar.

2.Menjadikan masa lalunya pelajaran untuk masa depan

Menggingat masa lalunya yang kelam bersama Narkoba, ia berkata menaruh dendam terhadap masa lalunya. Lewat dendam tersebutia punya motifasi dan kemauanyang luar biasa untuk membalas, agar masa depannya jauh lebih baik, dengan memanfaatkan waktu dan memenuhinya dengan ibadah. Melalui perenungan akan hal yang kita perbuat dimasa lalu, maka seorang mukmin haruslah menjadikan masa depannya jauh lebih baik dari masa lalunya. Agar mereka tergolong menjadi orang yang beruntung.

3.Gemar bersedekah

Melalui penuturan kawan dan sahabat Alm Ustadz Jefri merupakan orang yang senang bersedekah dan jika bersedekah dia akan mengambil semua uang yang dimilikinya untuk orang lain. Ia juga pernah menjual motor pribadinya guna disedekahkan untuk menjadi fondasi masjid di pesantren yang akan dibangunnya. Bahkan di malam sebelum ia wafat, beliau sempat memberikan sedekahnya kepada seorang SPG yang berjualan rokok. Dari sifat beliau tersebut mengajarkan kita untuk jangan pernah taktut untuk bersedekah dalam jumlah yang banyak, karena balasan Allah pada sedekah kita sepuluh kali lebih banyak dari yang kita sedekahkan, bahkan lebih dari itu.

4.Selalu menebar senyuman

Dalam menyampaikan tausiah maupun dalam kesehariannya, wajah beliau selalu dihiasi oleh senyuman. Ia tidak pernah menampakan wajah yang masam terhadap orang lain dan selalu berusaha tersenyum setiap saat. Melalui sifat itu kita bisa mengambil pelajaran bahwa senyuman merupakan bentuk lain dari sedekah, karena ibadah tersebut membuat hati orang menjadi ikut gembira dan bahagia.

5.Senang Bergurau

Selain selalu menampakan raut wajah yang gembira, beliau juga dikenal oleh para sahabatnya sebagai sosok yang ramah dan senang bergurau. Hal tersebut membuatnya disukai banyak orang karena candaanya selain menghibur juga membua dirinya tidak berjarak dengan pendengar tausiahnya. Sifat humoris merupakan sifat yang bisa mencairkan suasana sekaligus sebagai penghibur dikala seorang mukmin menjalani penat dan beratnya kehidupan.

6.Rendah Hati

Hal yang sering diungkapkannya selama menyampaikan tausiah adalah “saya yang berbicara tidak lebih baik, dan pintar, dari yang mendengarkan.” Perkataanya tersebut menggambarkan dirinya merupakan sosok yang rendah hati dengan selalu menempatkan dirinya lebih rendah dan tidak lebih baik dari orang lain. Sifat Almarhum ini mengajarkan pada kita untuk semakin berisi semakin merunduk, semakin bertambah ilmu dan ibadah semakin kita mengetahui bahwa pengetahuan dan ibadah kita belum ada apa-apanya. Untuk itu hendaklah kita selalu menempatkan diri sebagai orang yang rendah, kotor,dan bodoh, agar kita lebih semangat lagi untuk beribadah dan menuntut ilmu.

7.Tidak membeda-bedakan orang

Lewat kata-katanya beliau mengatakan bahwa mata ini sering tertipu. Hal tersebut yang medasarinya tidak pernah menilai orang dari tampilan luarnya, bagaimana bentuk fisiknya, apa pekerjaannya. Karena menurut beliau imanlah yang mentukan baik buruknya nilai seseorang dihadapan Allah. Lewat pengakuan istrinya Almarhum Ustadz Jefri tidak sungkan bersalaman dengan seorang non muslim yang membawa Anjing dengan alasan tidak ingin menyinggung perasaannya jika menolak diajak bersalaman. Sifat beliau tersebut mengajarkan kita agar kita bisa saling menghargai orang tidak peduli apa jabatan,maupun agamanya, karena sejatinya kita harus tetap menjaga perasaan orang lain.

Hal berikutlah yang setidaknya bisa kita ambil pelajaran dari sosok Almarhum Ustadz Jefri Al Buchory, pribadinya yang santun, kata-katanya yang penuh canda, namun sarat pesan bermakna, serta senyumannya yang hangat kepada siapa pun, menjadi memori yang sangat indah dan tak tergantikan di benak setiap orang. Semoga kita bisa menjadi seperti beliau menjadikan masa lalu sebagai pelajaran untuk menjadi orang yang lebih baik. Dan semoga amal dan ibadah beliau di terima disisi-NYA, serta Allah menempatkan beliautempat terbaik bersama para syuhada. Amien. (ADR)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline