Lihat ke Halaman Asli

Agung Darmansyah

Human Resources Development

Menyikapi Segala Sesuatu dengan Berfikir Positif

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Agueste Comte (1798-1857) merupakan tokoh yang pertama kali mengenalkan Positivisme. Agueste Comte mengemukakan Positivisme adalah suatu metode pengkajian ilmiah dan suatu tingkatan dalam perkembangan pikiran manusia. Pikiran berkembang melalui tahap-tahap teologis, metafisika, dan positivis, yang terutama dibedakan oleh metode-metode eksplanasinya. Oleh karena kondisi-kondisi perkembangan mental ini adalah juga metode-metode pengkajian, maka setiap tahap perkembangan secara reflektif menunjukkan hukum-hukum logika (Rosenberg, 1987; Philips, 1988). Pada tahap teologis, fenomena dijelaskan dalam konteks entitas supranatural seperti Roh-roh tuhan. Dalam tahap metafisika eksplanasi dibangun dalam konsep-konsep yang abstrak, kekuatan-kekuatan personifikasi dalam alam seperti hukum moral. Akhirnya pada tahap Positivis, eksplanasinya dinyatakan dalam konteks hukum-hukum yang menghubungkan fakta satu sama lain. Logika positivis menjelaskan setiap fenomena yang menurut hukum gejala itu adalah unsurnya

Pertanyaannya adalah kapan sosiologi berhasil menjadi positivisme? Ilmu pengetahuan sosial ini akan menjadi positivisme apabila para sosiologi mulai berhasil menemukan hukum-hukum statis dan dinamik kehidupan sosial. Statis sosial adalah suatu keadaan dimana fakta-fakta sosial berdampingan satu sama lain pada suatui waktu, sedangkan dinamika sosial adalh menunjukkan bagaimana kejadian-kejadian terjadi berurutan setelah yang lain dalam satu waktu. Statis akan menjelaskan keteraturan sosial, dinamika akan menjelaskan kemajuan manusia, keteraturan dan kemajuan menjadi bahan baku sejarah manusia.

Pada saat yang sama, sosiologi yang banyak mengandalkan pada pengamatan sosial yang murni, bukanlah semata-mata pelengkap dari ilmu pengetahuan lain. Tetapi dari suatu disiplin menjadi ilmu positivis, ia akan bereaksi terhadap ilmu-ilmu lain. Comte mengemukakan bahwa dengan menemukan hukum-hukum evolusi manusia, yang menjadi landasan kemajuan ilmiah displin tersebut, sosiologi sebagai ilmu penegetahun yang terakhir akan mampu memandang masa depan ilmu pengetahuan dalam ruang lingkup yang jelas dan menyuplai ilmu ilmu-ilmu lain itu dengan gagasan-gagasan yang akan dikaji. Hubungan resiprositas antara sosiologi dan ilmu-ilmu pengetahuan lain itu melengkapi kesatuan ilmu penegtahuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline