Lihat ke Halaman Asli

Puisi Malam: antara Syukur dan Ketakutan

Diperbarui: 25 Juni 2024   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi Malam: Antara Syukur dan Ketakutan

Di bawah kelamnya malam, aku merenung dalam diam,
Menyibak tabir hati yang kelam, penuh rasa bersalah dan keraguan.
Ketika usahaku membuahkan hasil, bagai mimpi yang menjadi kenyataan,
Aku lupa bahwa semua itu adalah karunia-Mu, pertolongan-Mu yang tak terhingga.

Di saat aku meraih kesuksesan tanpa usaha yang berarti,
Kesombongan menyelimuti jiwa, bagai racun yang mematikan.
Merasa dekat dengan-Mu, aku lupa diri,
Merasa lebih tinggi dari yang lain, tak tersentuh keraguan dan ketakutan.

Ya Allah, ampunilah aku atas kesombonganku yang tak terkira,
Atas lupa diri dan rasa syukur yang terabaikan.
Aku bukan takut dikhianati manusia,
Namun aku takut berharap pada manusia yang fana.

Aku bukan takut dimanfaatkan manusia,
Namun aku takut merasa bermanfaat untuk manusia.
Takut terikat pada pujian dan penghargaan,
Hingga lupa pada tujuan hidup yang sesungguhnya.

Aku bukan takut direndahkan manusia,
Namun aku takut merasa lebih tinggi dari manusia lainnya.
Takut terlena dengan kesombongan dan keangkuhan,
Hingga lupa pada kesederhanaan dan kerendahan hati.

Ya Allah, bimbinglah aku di jalan yang benar,
Jauhkanlah aku dari kesombongan dan rasa takut yang berlebihan.
Ajarkanlah aku untuk selalu bersyukur atas karunia-Mu,
Dan gunakanlah diriku untuk bermanfaat bagi sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline