Judul: Melawan Pembully: Menyambut Petang dengan Cinta dan Perhatian
Langit senja terlukis jingga, mentari mulai terbenam,
Namun, di balik keindahannya, ada luka yang terpendam.
Pembully bagai badai yang menerjang,
Melukai hati dan jiwa dengan kata-kata yang tajam.
Hinaan fisik, bagai pisau bermata dua,
Menyakiti hati dan merendahkan harga diri.
Candaan yang tak lucu, hanya membawa derita,
Meninggalkan bekas luka yang sulit terobati.
Marilah kita jadikan petang ini sebagai momen refleksi,
Menyadari bahwa setiap manusia memiliki sisi sensitifnya.
Kita tak tahu bagaimana suasana hati orang lain,
Bisa jadi hinaan kita adalah luka yang tak terperi bagi mereka.
Jika Tuhan bertanya, "Bisakah kau ciptakan bentuk yang sama (yang kau hina)?",
Kita akan terdiam, tak mampu menjawabnya.
Karena setiap ciptaan Tuhan adalah sempurna,
Termasuk diri kita dan juga orang lain.
Marilah kita ubah kebiasaan buruk ini,
Menyebarkan cinta dan kasih sayang di hati ini.
Hormatilah setiap manusia, apa pun kekurangannya,
Karena kita semua adalah ciptaan Tuhan yang berharga.
Bersama-sama, kita ciptakan dunia yang bebas dari pembully,
Di mana setiap orang merasa aman dan dihargai.
Sambutlah petang ini dengan cinta dan perhatian,
Agar dunia menjadi lebih indah dan penuh kedamaian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H