Lihat ke Halaman Asli

Rumah Sunyi, Kenangan Terukir

Diperbarui: 16 Mei 2024   05:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Judul: Rumah Sunyi, Kenangan Terukir

Rumah ini tak lagi sama,
Sejak kepergianmu yang tercinta.
Tawa dan canda sirna ditelan sunyi,
Kenangan indah terukir dalam hati.

Ruang-ruang terasa hampa,
Tanpa hadirmu yang selalu ceria.
Barang-barangmu tertata rapi,
Menyimpan jejak kasih yang tak terperi.

Kesunyian ini bukan kutukan,
Tapi ruang untuk meratap pilu.
Mendengarkan suara hati yang berbisik,
Menerima duka yang mendalam dan pedih.

Tanpa penghakiman, tanpa interupsi,
Hanya aku dan lara yang menemani.
Mencoba merajut kembali fragmen kenangan,
Mencari makna di balik kepergianmu yang tak terduga.

Air mata mengalir membasahi pipi,
Menyiratkan duka yang tak terperi.
Doa kupanjatkan kepada Sang Pencipta,
Semoga kau tenang di alam baka.

Rumah ini tak lagi sama,
Tapi cintaku takkan pernah pudar.
Kenanganmu akan selalu terukir dalam jiwa,
Menemani langkahku di setiap jengkal masa.

Suatu hari nanti, kesunyian ini akan sirna,
Digantikan oleh kenangan indah yang abadi.
Dan aku akan kembali tersenyum,
Menyimpan cintamu dalam lubuk hati yang terdalam.

Istirahatlah dengan tenang, wahai belahan jiwa,
Di pelukan kasih Sang Maha Kuasa.
Aku akan selalu mencintaimu,
Sampai akhir hayatku tiba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline