Lihat ke Halaman Asli

Kemiskinan Permanen

Diperbarui: 14 Mei 2024   15:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kemiskinan Permanen

Kemiskinan permanen si miskin menjerit,
Apakah ini tanda-tanda akhir zaman?
Perang di mana-mana, merenggut kedamaian,
Dunia bergejolak dalam pelukan nestapa.

Jeritan perih menggema di sudut kota,
Tangis anak kecil yang kehilangan mimpi,
Di setiap sudut, lapar mengintai,
Kemakmuran menjauh, entah kapan kembali.

Apakah ini takdir yang tak bisa diubah?
Roda nasib yang terhenti di titik kelam?
Haruskah asa pudar di bawah bayang-bayang,
Saat perang berkecamuk, merusak harapan?

Dalam setiap ledakan, dalam setiap tembakan,
Tumbuh ketakutan di dalam dada,
Namun di balik duka, tersimpan harapan,
Bahwa masih ada sinar di balik awan kelam.

Kita berharap pada pagi yang baru,
Dimana perang mereda, kedamaian kembali,
Dimana si miskin tak lagi menjerit,
Dan kemakmuran mengalir bagi setiap insan.

Semoga ini bukan akhir dari segalanya,
Melainkan awal dari perubahan yang nyata,
Dimana keadilan merangkul semua,
Dan dunia kembali damai, tanpa nestapa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline