Lihat ke Halaman Asli

Api Keturunan

Diperbarui: 4 Mei 2024   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Judul: "Api Keturunan"

Di era digitalisasi yang melanda,
Tersembunyi sebuah api keturunan yang telah lama padam,
Menantikan untuk dihidupkan kembali,
Dalam keheningan yang dipenuhi oleh teknologi.

Mempertahankan trah yang punah dan terlupakan,
Menghadapi tantangan yang tak terhitung jumlahnya,
Rantai yang menghubungkan masa lalu dan masa kini,
Menyala dengan harapan yang terus bersemi.

Namun, di tengah gemerlap dunia yang modern,
Rantai tersebut terancam oleh sekat-sekat tipis,
Kekayaan dan kemiskinan menjadi jurang yang memisah,
Mengancam kelangsungan trah dan warisan yang berharga.

Tetapi dalam kegelapan yang menyelimuti,
Masih ada sinar yang memancar dari api keturunan,
Sebuah panggilan untuk mempertahankan dan menghidupkan kembali,
Warisan yang tak ternilai harganya bagi masa depan.

Jadi, biarkanlah kita bersatu dalam usaha,
Menyalakan kembali api keturunan yang telah lama padam,
Mempertahankan trah dan kearifan nenek moyang,
Agar warisan kita tetap bersinar dalam abad digital ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline