Lihat ke Halaman Asli

Jelaga

Diperbarui: 20 April 2024   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi Jelaga


Di hati gelap tercipta,
Butiran arang, halus dan lunak,
Dari asap lampu menyapa,
Celaga, warna hitam yang menyelam."
Jelaga, debu hitam yang menari di udara,
Sisa dari api yang telah padam dan terkubur.
Menempel di dinding, di langit-langit, dan di wajah manusia,
Menjadi pengingat akan kehangatan api yang telah berlalu.

Jelaga, simbol dari duka dan kesedihan,
Membawa kenangan akan kehilangan dan kehancuran.
Namun, di balik kegelapannya, ada juga keindahan yang tersembunyi,
Seperti lukisan abstrak yang tercipta dari sapuan arang.

Jelaga, saksi bisu dari perjalanan waktu,
Menyaksikan peradaban yang bangkit dan runtuh.
Menyerap cerita-cerita dari masa lampau,
Dan menyimpannya di dalam butiran-butirannya yang halus.

Jelaga, bahan yang sederhana namun penuh makna,
Dapat menjadi inspirasi bagi seniman dan penyair.
Mengajarkan kita tentang keindahan yang tersembunyi di balik kegelapan,
Dan tentang kekuatan untuk bangkit dari abu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline