Lihat ke Halaman Asli

Cermin Diri

Diperbarui: 19 April 2024   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

PUISI: Cermin Diri

Di dalam kegelapan, sinar keburukan manusia menyala,
Tak perlu setan untuk menjelaskan cela.
Kita, umat Katolik, melihat cermin diri,
Kasih, penghormatan, ataukah menghina setiap sifat diri?

Kita lihat Pdt. Gilbert, dan mualaf lain yang senang memfitnah,
Gereja, Yesus, Bunda Maria, tak luput dari caci dan hina.
Namun, dalam sorot cermin, kita melihat bayang diri,
Protokol protes dan kebencian, adakah kita seiring berjalan?

Pertama, relasi dengan Tuhan, itulah inti,
Bukan hanya dogma atau liturgi, tapi hati yang terbuka meraih cinta-Nya.
Kerusakan hubungan, jadi lahirnya caci dan fitnah,
Penghinaan kepada-Nya, akankah kita juga jadi bagian cerita?

Kedua, kesombongan, bijaknya itu hancur,
Yang mengejek, merasa paling tahu, jelaslah tanda rusak relasi itu.
Kita, dengan pengetahuan atau tanpanya, janganlah terbuai,
Kesombongan bukan sifat mulia, itu hanya hati yang tak tergantung Tuhan kuasa.

Cermin diri, tak boleh lupa,
Kita semua jadi penjaga, pembawa cahaya.
Tak cukup menyalahkan setan, jika kita sendiri bagian malam gelap,
Mari, bersama-sama, jadikan kasih-Nya yang tak lekang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline