Lihat ke Halaman Asli

Simfoni Hitam: Elegi Cinta Abadi

Diperbarui: 7 April 2024   16:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Simfoni Hitam: Elegi Cinta Abadi

Di atas panggung megah nan kelam,
Terlukis simfoni duka yang tak terkira.
Nada-nada pilu mengalun bagai tangisan,
Menceritakan akhir cinta yang abadi.

Dua insan yang terikat erat,
Terpisahkan oleh takdir yang kejam.
Cinta mereka yang bagaikan simfoni indah,
Kini hancur berkeping-keping, tinggalah kenangan pahit.

Air mata mengalir tanpa henti,
Membasahi pipi yang pucat pasi.
Rasa sakit dan penyesalan menyelimuti hati,
Menyiksa jiwa yang tak berdaya.

Simfoni hitam mengalun syahdu,
Menemani malam yang sunyi dan kelam.
Bagaikan nyanyian duka yang tak berujung,
Menandai akhir cinta yang tragis dan memilukan.

Namun, di balik melodi yang pilu,
Tersimpan secercah harapan yang tak terpadamkan.
Kenangan indah tentang cinta mereka,
Akan selalu hidup di dalam hati yang terdalam.

Simfoni hitam, akhir cinta yang abadi,
Meninggalkan luka yang tak terobati.
Namun, cinta mereka takkan pernah terlupakan,
Akan selalu dikenang sepanjang masa.

Simfoni Hitam: Akhir Cinta Abadi

Di atas panggung megah nan kelam,
Terlukis simfoni duka yang tak terkira.
Nada-nada pilu mengalun bagai tangisan,
Menceritakan akhir cinta yang abadi.

Dua insan yang terikat erat,
Terpisahkan oleh takdir yang kejam.
Cinta mereka yang bagaikan simfoni indah,
Kini hancur berkeping-keping, tinggalah kenangan pahit.

Air mata mengalir tanpa henti,
Membasahi pipi yang pucat pasi.
Rasa sakit dan penyesalan menyelimuti hati,
Menyiksa jiwa yang tak berdaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline