Lihat ke Halaman Asli

Malam: Saat Langit Memeras Hujan

Diperbarui: 6 April 2024   03:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam: Saat Langit Memeras Hujan

Saat langit memeras hujan,
Pertiwi ku terima tangisnya.
Bumi ku nikmati kesepiannya.

Tetes-tetes air jatuh ke bumi,
Menyiram jiwa yang kering kerontang.
Menumbuhkan rasa damai di hati,
**Melepaskan beban yang selama ini terikat.

Hujan turun tanpa henti,
Mencuci segala dosa dan noda.
Membersihkan jiwa dan raga,
Mempersiapkan diri untuk hari yang baru.

Suara gemuruh guntur menggelegar,
Menandakan kekuatan alam semesta.
Keindahan yang menakjubkan,
Membuatku terdiam dalam kekaguman.

Malam ini, aku hanyalah setitik debu di alam semesta,
Saksi bisu dari keagungan Sang Pencipta.
Aku belajar untuk bersyukur atas segala nikmat,
Dan menerima segala cobaan dengan ikhlas.

Saat langit memeras hujan,
Aku menemukan kedamaian dan ketenangan.
Aku belajar untuk mencintai diri sendiri,
Dan menerima semua yang terjadi dalam hidup ini.

Terima kasih, hujan,
Telah datang dan membasahi bumi.
Telah memberikan aku pelajaran berharga,
Dan membuatku lebih dekat dengan Sang Pencipta.

Renungan di Bawah Guyuran Hujan

Saat langit memeras hujan,
Pertiwi merespons dengan kerinduan.
Bumi menikmati setiap tetesnya,
Menghirup kesegaran dari langit yang berbelas kasihan.

Tetes-tetes air jatuh ke bumi,
Menyirami hati yang kering akan cinta.
Mengembalikan kedamaian yang hilang,
Melepaskan beban yang terikat di jiwa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline