Lihat ke Halaman Asli

Puisi Kelereng: Pergulatan Hidup di Era Digitalisasi

Diperbarui: 30 Maret 2024   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi Kelereng: Pergulatan Hidup di Era Digitalisasi

Menangis berolok, kalah main kelereng,
Simbol pergulatan hidup yang tak pernah henti.
Berkacak mengajak berkelai,
Emosi berkobar, nafsu ingin menang.


Di arena kelereng, cerita hidup beradu,
Simbol pergulatan yang tak pernah berhenti.
Berkacak dalam permainan, jiwa bergelora,
Emosi dan nafsu ingin menang, ingin mencapai puncak.

Persahabatan terjalin, bersamaan dengan pertempuran,
Kekerasan dan kerapuhan melintas di sini.
Menjadi korban nafsu, terperangkap dalam ambisi,
Keserakahan dan ketamakan mengukir jejak hidup.

Berlomba-lomba dalam pengejaran waktu,
Tertinggal dalam dunia yang fana dan penuh kekacauan.
Mengharapkan kembali masa lalu, berharap tak mengulang kesalahan,
Namun, penyesalan dan kerinduan tetap membebani.

Kembali dengan rasa lesu dan malu,
Kekalahan dan kekecewaan menghiasi langkah,
Bukanlah pahlawan yang mahir, tapi manusia biasa yang khilaf,
Dalam medan pertempuran yang tak pernah berhenti.

Di era digitalisasi yang menggemparkan,
Pergulatan hidup semakin rumit dan tak terduga.
Namun kelereng tetap menjadi simbol keberanian dan ketahanan,
Mengingatkan kita untuk bangkit dan belajar dari pengalaman.

Mari kita jadikan setiap pergulatan hidup sebagai pengajaran,
Untuk memperkuat diri dan tumbuh menjadi lebih tangguh.
Hadapi setiap rintangan dengan kepala tegak dan hati yang kuat,
Percayalah bahwa di balik setiap tantangan, terdapat pelajaran yang berharga.
Bergejolak dan bersekutu,
Persahabatan dan permusuhan terjalin.
Mengikuti bujuk nafsu,
Keserakahan dan ambisi mewarnai jalan hidup.

Maju berseteru berburu waktu,
Kejar-kejaran tak berujung dalam dunia fana.
Inginkan diulang berharap tak malang,
Penyesalan dan kerinduan akan masa lalu.

Pulang lesu dan malu,
Kekalahan dan kekecewaan membawa luka.
Bukan pendekar ahli berseteru,
Hanya manusia biasa yang penuh khilaf.

Di era digitalisasi ini dan artificial intelligence penuh serba instan,
Pergulatan hidup semakin kompleks dan tak terduga.
Kelereng menjadi simbol perjuangan dan ketangguhan,
Pengingat untuk terus bangkit dan belajar dari pengalaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline