Lihat ke Halaman Asli

Sedih Tak Berujung

Diperbarui: 1 Maret 2024   19:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sedih Tak Berujung

Langit kelabu menyelimuti jiwa,
Hujan air mata tak henti menyapa.
Rasa sedih bagai samudra tanpa tepi,
Menenggelamkan hati dalam kepedihan.

Kenangan pahit berputar di memori,
Memperdalam luka yang tak terobati.
Bayang-bayang masa lalu menghantui,
Membuat hati semakin teriris pilu.

Harapan bagai lilin yang hampir padam,
Tertiup angin kenyataan yang kelam.
Kehilangan, kesepian, dan kekecewaan,
Menjadi teman setia dalam kesunyian.

Rasa sakit ini tak tertahankan,
Menyiksa jiwa dan raga tanpa ampunan.
Kapan semua ini akan berakhir?
Kapan kebahagiaan akan kembali menyapa?

Namun, aku takkan menyerah pada kesedihan,
Aku akan terus berjuang, mencari kebahagiaan.
Aku yakin, di balik awan kelabu ini,
Ada mentari yang siap bersinar kembali.

Di antara reruntuhan hati yang hancur,
Ku rasakan kesedihan yang tak berujung.

Seperti ombak yang terus menghantam karang,
Sedih ini melanda, tiada henti dan tak terbatas.

Dalam gelapnya malam yang sunyi,
Ku duduk sendiri, meratapi kehilangan yang tak terucapkan.

Tiap detik, tiap napas, terasa berat dan pilu,
Seperti lorong panjang tanpa ujung, kesedihan ini tak berujung.

Namun di balik kelamnya awan, ada cahaya yang redup,
Ada harapan yang mengemuka, membelai hati yang terluka.

Kita temukan kekuatan dalam kelemahan,
Dan bersama-sama, kita hadapi kesedihan yang tak berujung.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline