Lihat ke Halaman Asli

Masih

Diperbarui: 27 Februari 2024   14:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Masih (Sahabatku, Kekasihku)

Di persimpangan jalan yang kabur,
Kutemukan dirimu, sahabat yang tak terukur.
Bersamamu, aku lalui suka dan duka,
Tawa dan air mata, terukir dalam cerita.

Waktu terus berputar, tak terhentikan,
Perasaan pun bersemi, tak terelakkan.
Sahabatku, kau kini kekasihku,
Cinta yang tumbuh di taman persahabatan yang syahdu.

Masihkah kau ingat, canda tawa kita?
Rahasia yang terbisik, di bawah sinar rembulan.
Kini, genggaman tanganmu terasa hangat,
Menemani langkahku, menuju masa depan yang terang.

Walaupun cinta mengubah persahabatan,
Kepercayaan dan kasih tetaplah pondasi.
Kita saling menguatkan, dalam suka dan duka,
Menjaga cinta yang mekar, di taman hati yang subur.

Masihkah kau ingat, janji yang terucap?
Bersamamu, aku ingin selalu melangkah.
Melawan badai dan rintangan yang datang,
Menjaga cinta ini, hingga akhir hayat yang datang.


Masih terjalin, masih bersama,
Teman, sahabat, kekasihku yang dulu.
Meski waktu telah berlalu,
Namun kenangan kita tetap abadi.

Teman, yang selalu ada di sampingku,
Menemani langkah, berbagi tawa dan tangis.
Sahabat, yang selalu setia mendengarkan,
Berbagi cerita, bahu yang selalu ada untukku.

Kekasihku, yang dulu pernah mengisi hatiku,
Membawa cinta dan kehangatan dalam pelukan.
Meski kini jalanan telah berpisah,
Namun kenangan indah kita tetap terpatri dalam ingatan.

Masih ada kau di dalam hatiku,
Sebagai teman, sahabat, atau kekasih.
Meski tak selalu bersama secara fisik,
Namun ikatan batin kita tetap utuh dan abadi.
Sahabatku, kekasihku,
Kau adalah separuh jiwaku.
Bersamamu, aku merasa lengkap,
Menemukan kebahagiaan yang tak terkira.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline