Lihat ke Halaman Asli

Pejuang Nafkah

Diperbarui: 26 Februari 2024   07:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Punggung kokoh, terbakar mentari,
Langkah tegap, menyibak hari.
Tangan penuh, tekad tak berkeri,
Pejuang nafkah, untuk keluarga tercinta.

Fajar menyingsing, langkah pun diayun,
Mencari rezeki, tak kenal lelah dan henti.
Di jalanan ramai, atau ladang yang sunyi,
Keringat bercucuran, tak pernah mengeluh sedikit pun.

Baju lusuh, tak jadi masalah baginya,
Yang penting keluarga, hidup aman sejahtera.
Senyum anak, jadi penyemangatnya,
Tangisan istri, jadi pelecut semangatnya.

Tak pernah mengeluh, tak pernah menyerah,
Hadapi cobaan, dengan hati yang tabah.
Untuk kebahagiaan orang tercinta,
Dikucurinya keringat, dan dikorbankan segala cita-cita.

Di lautan kesulitan, di tengah badai hidup,
Berdirilah pejuang nafkah dengan tekad yang teguh.
Dia mengarungi gelombang yang mengancam,
Untuk memberi kehidupan kepada yang dicintai.

Dia tak kenal lelah, tak pernah menyerah,
Meskipun badai datang menggoyahkan perahu.
Dengan perjuangan dan ketabahan yang tiada henti,
Dia terus maju, melangkah dengan penuh keyakinan.

Di pundaknya, dia memikul beban berat,
Namun tak pernah mengeluh, tak pernah menyerah.
Karena cinta yang membara di dalam hatinya,
Membuatnya menjadi pejuang yang tak terkalahkan.

Hargailah pejuang nafkah, yang rela berkorban,
Untuk menjaga dan melindungi keluarga tercinta.
Di balik kesederhanaannya, tersembunyi keberanian,
Yang membuatnya menjadi pahlawan dalam kehidupan.

Pejuang nafkah, pahlawan keluarga,
Doa dan cinta selalu menyertai,
Semoga lelahmu berbuah berkah,
Dan kebahagiaan terlimpah di rumah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline