Damai Gersang
Langit biru terlukis senja,
Semburat jingga menyapa dunia.
Angin sepoi menyapa jiwa,
Membawa rasa damai yang fana.
Hamparan pasir terbentang luas,
Tanpa jejak kaki, tanpa suara.
Keheningan menyelimuti ruang,
Hanya detak jantung yang terasa.
Pohon-pohon kering berdiri tegak,
Menantang panasnya mentari yang terbenam.
Daun-daun gugur berserakan di tanah,
Menandakan akhir dari sebuah kisah.
Keagungan alam terpancar jelas,
Namun terasa hampa, tanpa kehidupan.
Keindahan yang sunyi, tanpa tawa,
Damai yang gersang, tanpa cinta.
Di tengah keheningan yang mencekam,
Terdengar bisikan angin yang berbisik pelan.
"Keindahan ini hanya ilusi semata,
Kedamaian ini hanya tipuan belaka."
Di balik hening malam, gemuruh hati bergema,
Damai memayungi, namun gersang merayap,
Bayang-bayang sepi menghiasi langkah,
Dalam lautan sunyi, jiwa terdampar.
Rindu menyulut bara, namun kekosongan merajai,
Sepi merayap, merangkul kesunyian,
Dalam kesejukan malam, kerinduan tak terbalas,
Di antara kata-kata, kehampaan tersirat.
Biarlah puisi merajut, damai dan gersang bertaut,
Merangkai makna di antara sepi dan sunyi,
Seperti dua sisi mata uang yang berlawanan,
Damai dan gersang, dalam satu alunan harmoni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H