Lihat ke Halaman Asli

Najis Bibir

Diperbarui: 6 Februari 2024   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bibir yang kau sebut najis,
Mengucapkan kata-kata yang menusuk hati.
Dalam puisi ini, terdapat kesedihan yang tersembunyi,
Di balik kata-kata yang menusuk dan menusuk.

Bibir yang terucapkan dusta,
Menyebarkan racun di antara kata-kata.
Dalam bait-bait puisi, terungkap kepedihan,
Ketika bibir yang seharusnya menyampaikan kebaikan, justru menjadi sumber kegelapan.

Najis bibir, cermin dari hati yang busuk,
Mengalirkan air mata dan kesedihan yang dalam.
Dalam puisi ini, terdengar rintihan kesunyian,
Ketika bibir-bibir menghujam dengan kejahatan yang tersembunyi.

Namun, di balik najis bibir yang terucap,
Masih ada ruang untuk kesembuhan dan kebaikan.
Dalam bait-bait puisi, terpancar harapan,
Bahwa meski najis bibir menghujam, cahaya kebaikan masih berpendar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline