Lihat ke Halaman Asli

Kapan Kau Reda

Diperbarui: 5 Februari 2024   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kapan kau reda dari hujamkan dan tangismu, pertiwiku,
Seperti bunga yang mekar setelah badai berlalu.
Dalam puisi ini, suara hati menantikan kelegaan,
Menyambut kedamaian di dalam relung jiwa yang rapuh.

Hujamkanlah pedihmu dalam luka-luka,
Sebagai langkah pertama menuju pemulihan.
Dalam bait-bait puisi, ada panggilan kesembuhan,
Menggambarkan perjalanan untuk melampaui kepedihan.

Tangismu, gemuruh di malam yang sunyi,
Namun biarkan fajar membawa sinar harapan.
Dalam puisi ini, terukir cita-cita kebahagiaan,
Menantikan waktu di mana reda menggantikan hujaman.

Pertiwiku, tanah di mana kau menanamkan,
Beban berat dan air mata yang melanda.
Dalam puisi ini, terdengar doa untuk kedamaian,
Kapan kau reda, pertiwiku, dari hujamkan yang terlalu lama?

Biarkan puisi menjadi pelipur lara,
Mengiringi langkahmu menuju kesejukan.
Dalam reda yang tiba, terbentuk puisi bahagia,
Menyongsong pagi yang baru setelah hujaman malam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline