Lihat ke Halaman Asli

Hanya Debulah Aku

Diperbarui: 3 Februari 2024   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hanya debu, aku mengembara di angkasa,
Terbawa arus waktu, tak terlihat oleh mata.
Dalam puisi ini, debu mencoba bicara,
Sebagai saksi bisu perjalanan yang tak terhenti.

Terombang-ambing, seperti helaan angin yang ringan,
Dalam kerumunan bintang, aku hanya titik kecil.
Hanya debu, berdiam di tepi keabadian,
Puisi ini mencoba menggambarkan ketidakberartiannya.

Mungkin aku hanyalah debu di lorong waktu,
Tapi di dalam keheningan, ada keindahan yang abadi.
Dalam puisi hanya debu, ada kisah yang tak terucapkan,
Sebuah perjalanan tanpa akhir di alam semesta yang luas.

Aku adalah bagian dari debu yang tercipta,
Dalam alam yang tak terbatas, tanpa batas dan tak terhitung.
Hanya debu, merangkai puisi tentang eksistensi,
Mengajak kita merenung tentang besarnya yang tak terduga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline