Lihat ke Halaman Asli

Natal Bagiku

Diperbarui: 25 Desember 2023   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tanggal 25 Desember, halaman diary ini kuhiasi dengan catatan penuh makna tentang Natal tahun ini. Hari ini, dalam kesederhanaan menjadi pusat permenungan dan kebahagiaan sejati. Berikut adalah potongan dari diaryku:

Hari ini, aku menyadari bahwa Natal bukanlah tentang kemewahan, gemerlap lampu, atau hadiah mahal. Natal adalah tentang kesederhanaan, kehadiran, dan kasih.

Pagi ini, kami berkumpul di sekitar pohon Natal yang sederhana, dihiasi dengan ornamen yang dibuat dengan tangan. Tidak ada hiruk-pikuk, hanya kehangatan keluarga dan aroma wangi dari kue-kue yang sedang dipanggang di dapur. Inilah makna sejati Natal.

Di gereja kecil di desa, kita menyanyikan nyanyian Natal dengan penuh sukacita. Tidak ada perlengkapan mewah, hanya suara suci dan doa-doa yang tulus. Kami merenungkan kelahiran Sang Juru Selamat di kandang yang sederhana, dan itu memberi kami ketenangan yang luar biasa. 

Pagi ini, mentari bersinar lembut menembus celah jendela kamarku. Udara dingin menusuk kulit, namun tak cukup kuat untuk menghapus kehangatan Natal yang memenuhi rongga dadaku. 

Hari ini, berbeda dari Natal-Natal sebelumnya, ada sunyi yang menenangkan, kesederhanaan yang menggugah, dan makna yang begitu dalam terserap pada relung jiwaku.

Biasanya, hiruk-pikuk persiapan Natal sudah memenuhi udara sejak awal Desember. Rumah dipenuhi hiasan warna-warni, pohon cemara menjulang tinggi bermandikan lampu kelap-kelip, dan aroma kue kering memenuhi setiap sudut. 

Tahun ini, semuanya berbeda. Pohon Natal diganti dengan sepohon lantang berdaun hijau lebat, hiasan diganti dengan untaian melati yang harum semerbak, dan kue kering diganti dengan sepiring pisang rebus hangat. 

Namun, di tengah kesederhanaan ini, justru makna Natal terasa semakin jelas. Aku tersadar bahwa kemuliaan kelahiran Yesus tidak membutuhkan gelimang kemewahan. 

Kelahiran-Nya justru terjadi di tempat yang paling sederhana, kandang hewan yang sunyi dan hening. Bayi Raja terbaring di palungan jerami, dikelilingi oleh kasih sayang Bunda Maria dan Yusuf, bukan oleh kilau emas dan permata.

Dalam kesederhanaan inilah, aku menemukan arti sebenarnya dari Natal. Natal bukanlah tentang pesta pora dan hura-hura, tetapi tentang cinta kasih, pemberian diri, dan sukacita sejati. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline