Lihat ke Halaman Asli

Menempa Baja Kerendahan Hati

Diperbarui: 11 Desember 2023   09:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menempa baja kerendahan hati
Di balik api yang membara,
Tersimpan bara kerendahan hati,
Yang tak mudah padam,
Meski diterjang badai.
Di antara angan dan rindu yang berkisah,
Terbentang lautan luas, tak terhingga.
Namun, di dasar hati yang rendah,
Berkembang api kerendahan yang abadi.
Kerendahan hati adalah kekuatan,
Yang dapat mengikis ego,
Dan membuat kita lebih baik,
Daripada sebelumnya.
Dalam api kehidupan,
Kerendahan hati ditempa,
Melalui cobaan dan tantangan,
Yang tak mudah dilewati.
Ia seperti baja,
Yang semakin ditempa,
Semakin kuat.
Tiada gurauan tinggi, tiada kemegahan,
Hanya teduhnya kedamaian yang mengalir.
Biarlah hati ini menari dalam kerendahan,
Menyatu dengan bumi, merangkul langit biru.

Biarlah kata-kata bagai embun di pagi,
Menyirami taman hati yang tumbuh seraya.
Dalam kerendahan, kebesaran terpendam,
Sebuah kebijaksanaan yang tumbuh merata.
Seperti baja yang ditempa,
Kerendahan hati semakin kuat,
Seiring dengan waktu.

Ia dapat menahan beban,
Yang tak mudah ditanggung,
Dan tetap teguh,
Meski diterjang badai.

Kerendahan hati adalah kekuatan,
Yang dapat mengikis ego,
Dan membuat kita lebih baik,
Daripada sebelumnya.

Ia adalah permata,
Yang sangat berharga,
Yang dapat membuat kita,
Menjadi manusia yang lebih baik
Bukanlah cahaya yang menyilaukan mata,
Melainkan sinar lembut di kala senja datang.
Takdir mengukir garis tak terlihat,
Namun, di kerendahan hati, terbentang jalan.
Di puncak malam yang kelam,
Terhampar piringan bulan nan lembut.
Namun dalam keheningan, tak bersinar gemerlapan,
Menyelinaplah kekuatan tanpa keriuhan.

Baja kerendahan hati, terlahir dari bara,
Ditempa dalam kilau cahaya bintang-bintang.
Tak bersuara, namun memancar keanggunan,
Menyatu dengan langit, merendahkan diri.

Ambang malam adalah arena penuh makna,
Dalam diam, hati menari seperti api yang membara.
Tukang pandai tak butuh sorot lampu,
Karena kerendahan hati tlah jadi cahaya sendiri.

Kilau baja yang bersinar di kegelapan,
Bukan gemerlap yang membutakan mata.
Melainkan redup yang merangkul kebenaran,
Menyingsingkan diri dari keramaian dunia.

Tak ada gemintang yang lebih tinggi,
Tak ada belahan bumi yang lebih rendah.
Dalam kerendahan, tercipta harmoni,
Sebuah melodi yang mengalun seirama.

Menempa baja kerendahan hati,
Bukanlah tugas mudah yang selesai dalam sekejap.
Namun, di setiap palu yang menekan,
Tumbuh kekuatan yang makin mengkilap.

Laksana kilau baja yang tak lekang oleh waktu,
Baja kerendahan hati menembus keanggunan.
Mengalir dalam kebijaksanaan tanpa batas,
Mereka yang menempa, merangkai kebesaran.
Seperti pohon besar di lembah yang sunyi,
Aku akan menancapkan akar dalam kerendahan.
Menjadi pelajar pada sekolah kehidupan,
Menerima hikmah dari setiap detik yang berlalu.
Kerendahan hati adalah permata,
Yang sangat berharga,
Yang dapat membuat kita,
Menjadi manusia yang lebih baik.
Dalam renungan yang dalam, ku temui kebesaran,
Bukan pada langit yang tinggi, melainkan batin yang lapang.
Menempa bara kerendahan hati, bersama waktu,
Menuai kebijaksanaan, mengalir seperti sungai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline