Enak rasanya,saat kumemakannya,kucampur kecap kuahnya menjadi kehitaman..Lezat rasanya, dengan pangsit atau acar,hampir setiap minggu.. setelah pulang kerja atau malam hari waktu dingin, hujan menambah nikmat bersama teh hangat atau wedang jeruk panas di warung kaki lima langgananku, Pak Tresno yang sangat ramah.. dekat pohon Beringin yang teduh,sore hari sebelum maghrib, tapi kalau pagi di pasar besar Ngawi, selalu kutunggu selalu . Bila warung mu tutup.. ada kekecewaan yang masih kurindukan kelezatan mi ayam mu.
Ini sepenggal cerita singkat, sejak kelas 4 SD setelah nonton Bioskop"EkaKapti" dan sekarang tinggal bangunannya saja. Berganti gedung yang megah untuk acara apapun. Dari kenangan itu sampai saat ini ku masih menggemari mie ayam sampai hari ini. Diantara aneka masakan olahan mie yang sekarang ini beraneka macam jenis masakannya.mulai dari rakyat kecil sampai kalangan menengah keatas. Dari warung kaki lima hingga kedai atau rumah makan yang dijamin kesehatannya no 1.
Kenapa ya, masih banyak yang membicarakan mie ayam ini? Teringat selalu dipikiran, membicarakan mie ayam, langsung terbayang semangkuk mie ditambah potongan ayam, rebusan sawi, taburan daun bawang dan tambahan lainnya seperti baso serta pangsit rebus atau goreng. Saat ku berpikir sejenak sehatkah ku makan mie setiap hari. Begitu lezat rasanya, tapi tidak banyak yang tahu sebenarnya asal mula mie ayam masuk ke Indonesia. Sehingga kita dengan mudah menemuinya saat lapar tiba. Hampir setiap jalan ada di kota manapun. Makanan ini akrab dijadikan penolong saat lapar menyerang diwaktu siang atau sore ini.
Sebenarnya mie adalah makanan khas China. Di tanah kelahirannya, bakmi tidak terlalu jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia. Terbuat dari tepung terigu dan diatas mie biasanya ditambah lauk berupa potongan daging berbumbu serta sayuran. Mi ayam aslinya dari Tiongkok Selatan terutama dari daerah-daerah pelabuhan seperti Fujian dan Guandong.
Di negeri asalnya bakmie dimakan dengan penyajian dipisah. Mi ayam atau bakmi ayam adalah masakan Indonesia yang terbuat dari mi kuning direbus mendidih kemudian ditaburi saus kecap khusus beserta daging ayam dan sayuran.
Sering kita jumpai biasanya mie ayam ini ditambah dengan bakso, pangsit rebus atau goreng, dan jamur. Setelah masuk di Indonsia pertama kali, daging babi yang menjadi topping diganti dengan daging ayam. Selain mengalami modifikasi, penambahan varian membuat mie ayam semakin beragam. Mi berasal dari Tiongkok, tetapi mi ayam yang serupa di Indonesia tidak ditemukan di Tiongkok.
Namun di Indonesia, lebih suka mencampur kuah kedalam mangkuk mie. Walau berasal dari negri tirai bamboo, justru mie ayam di Indonesia dikenal dengan sebutan Mie Ayam Wonogiri(ini kalau di kota besar). Mie ayam wonogiri terdiri dari semangkuk mie yang terdiri dari semangkuk mie yang diatasnya diberi potongan ayam semur.
Sawi rebus, daun bawang, bakso dan pangsit. Mie ini bisa disajikan dengan kuah atau kering. Suhu penyajian:Panas atau hangat, langsung santap,"jangan menunggu lama" karena kalau dibawa pulang pasti citarasanya akan berbeda. Tidak seenak bila makan di warung penjualnya. Ini hanya sekedar pengalaman pribadi dengan Bahan utama:Mie, daging ayam, sawi hijau ini.
Satu hal yang membedakan mie ayam wonogiri dengan daerah lain adalah bumbunya yang khas. Rahasia bumbu terletak pada racikan minyak ayam yang dibuat menggunakan minyak sayur, jahe, lada, ketumbar, kulit ayam serta bawang putih. Memang di kota Ngawi saja masing-masing pedagang Mie Ayam bersaing pada citarasa , cirikhas ,penyajian mie ayamnya.
Sebentar tapi sangat sedih sekali, ketika pernah ada isu yang merebak daging ayam diganti daging tikus,tepatnya 1 juli 2019, dua tahun lalu(sumber: liputan6.com). Tapi sekarang ini mie ayam masih tetap dihati penggemarnya dengan beberapa Variasi macam misalnya:
- Mi ayam ceker
- Mi ayam bakso
- Mi ayam pangsit
- Mi ayam jamur
Selain variasi di atas, kini banyak macam bahan pembuat mi untuk mi ayam. Contohnya yang sudah banyak ditemui adalah berasal dari sayuran seperti bayam, wortel, dan lain-lain. Tapi bagaimana dengan penikmat mie? Di masa pandemi ini mereka masih bisa bertahan, tidak mengurangi kualitas citarasanya dan harga yang tidak naik, bersahabat di kantongku....