Lihat ke Halaman Asli

harapan di balik mendung

Diperbarui: 12 Desember 2024   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Harapan di Balik Mendung

Saat ku bangun jarum jam tak mampu ku kejar lagi

Detak jantungku tak menentu, rasanya zona nyaman ini semakin  erat membelenggu

 Mengeras bersama dingin pagi dan paku paku permanen kemalasan merenggut

Awaiting the Golden Light
Mendung tebal, kabut berselimut,
Sinar mentari, terhalang kabut.
Hatiku dingin, jiwa terpuruk,
Menanti cahaya, harapan yang cukup.
Ku cari sosok, penenang jiwa,
Pendengar setia, pemaham yang tulus.
Yang pedulikan hati, yang mengertiku,
Yang doakan baik, yang cintai tulus.
Dia yang mengangkat, saat hati terluka,
Yang dukung langkah, saat jiwa terpuruk.
Dia yang setia, dalam suka dan duka,
Yang harapkan sukses, yang selalu mendukung.
Ku nantikan cahaya, menembus kelam,
Kehangatan pagi, menghapus dingin malam.
Lubang jarum emas, harapan yang tegak,
Menyuluh hatiku, yang lelah dan letak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline