Lihat ke Halaman Asli

Payung Senja

Diperbarui: 24 November 2024   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Payung senja telah aku lepaskan,
bukan karena hujan telah reda,
melainkan karena aku ingin merasakan,
setiap derasnya tetes yang jatuh,
membasuh luka yang tak kasat mata.

Aku pergi,
ke malam yang tak pernah mengenal pagi,
hilang dalam bayang panggilan "sayang"
yang kini hanya gema tanpa arti.

Aku menyerah,
bukan pada cinta,
tapi pada penantian yang rapuh,
yang tak pernah menemukan tempat di hatimu.

Aku berhenti,
di jalan yang kau abaikan,
di hati yang tak pernah kau miliki sepenuhnya.

Setiap bulir hujan mengajarkan,
bahwa melepaskan payung tak seburuk dugaanku.
Tetesnya mengalirkan kejujuran,
menghapus penyesalan,
membawa aku pada damai yang lama hilang.

Hujan deras di sini,
mungkin sama seperti hatiku dulu,
tapi kini aku menyadari,
kadang basah oleh hujan lebih menyembuhkan
daripada berlindung dari apa yang seharusnya dirasakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline