Lihat ke Halaman Asli

Embun Pagi dan Penyesalan

Diperbarui: 19 November 2024   04:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Embun Pagi dan Penyesalan

Pagi datang, embun menari,
Hatiku resah, teringat masa lalu.
Penyesalan menusuk, bagai duri,
Ingin ku kembali, waktu ku putar.

Seandainya bisa, ku lipat waktu,
Ku rubah semua, jadi lebih baik.
Namun, waktu terus berjalan, tak peduli,
Hanya kenangan, yang tersimpan rapi.

Kopi pagi, hangatkan tubuhku,
Namun tak mampu, hilangkan kerinduan.
PadaNya, aku bersujud, memohon ampun,
Semoga dosa-dosa, terhapuskan.

Wong Urip Kuwi Tanpa Pawitan
Manusia hidup, tak pernah sempurna,
Selalu ada pilihan, di setiap langkah.
Bersyukur atas nikmat, atau meratapi,
Itulah hidup, penuh suka dan duka.

Dagang tuna andum bathi,
Jika untung, untuk siapa?
Jika rugi, apa yang dijual?
Hidup ini anugerah, tak perlu ditawar.

Kita hidup, bukan karena meminta,
Bukan karena mengemis, atau berutang.
Kita hidup, karena diberi kesempatan,
Untuk berbuat baik, dan menebar kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline