Pada genggaman papan pintar ini,
kutumpahkan rindu yang tak tersampaikan,
cinta dalam dunia maya yang semu,
di balik layar, kuterima bayang-bayang,
namun cinta sejati tak kunjung nyata.
Aku ingin jadi rindu,
benang sinyal gaib yang menghubungkan,
antara kau dengan air mataku,
mengikat harapan dalam getaran tak terlihat,
yang hanya kita bisa pahami.
Aku ingin jadi cinta,
bejana gaib yang menampung wajahmu,
menjadi penghubung antara kau dengan tangisku,
seperti pantulan wajah dalam kabut senja,
mengalun dalam doa yang tak henti kupanjatkan.
Aku ingin jadi waktu,
detik yang berdetak di usiamu,
agar ada sisa asa di roda waktuku,
semoga kutemukan belahan jiwaku,
pada seutas tali doa, gelombang jiwa,
dan sinyal kemistri yang menyatukan kita.
Aku ingin jadi usia,
yang menyatu dalam kehidupanmu,
berada di setiap langkah dan hela napasmu,
hingga tak ada jarak lagi antara kita,
sehingga cinta tak lagi maya,
tapi menjadi nyata, seiring detik yang abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H