Lihat ke Halaman Asli

debu kenangan

Diperbarui: 2 November 2024   12:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Debu Kenangan

Langkah terhenti, di ujung jalan sunyi,
Harapan sirna, mimpi jadi debu.
Jauh telah melangkah, namun harus mundur,
Meski hati merintih, pilu.

Doa yang terpendam, kini terkubur dalam,
Harus dibunuh, meski sulit menahan.
Ketulusan yang tertanam, layu dan pudar,
Dalam sunyi malam, hati terbelah.

Seperti debu yang tertiup angin,
Kenangan memudar, perlahan menghilang.
Jejak yang tertinggal, kini samar,
Hanya tinggal luka, yang terus menganga.

Meski pahit, harus ku terima,
Bahwa hidup tak selalu sesuai rencana.
Ada saatnya, kita harus rela,
Melepaskan yang kita cinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline