Lihat ke Halaman Asli

Simfoni Kekeringan (2)

Diperbarui: 27 Oktober 2024   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Simfoni Kekeringan

Tonggeret meraung di senyap kering,
Dengan suara parau, meminta pada langit,
Semut kecil berbaris, mengemis hujan,
Agar air melimpah, membasahi tanah tandus ini.

Dulu, sungai-sungai riang mengalir deras,
Menyanyi bersama hutan hijau yang rimbun,
Namun kini, pasir menggantikan aliran,
Udara panas mengelus bumi yang nyaris padam.

Manusia terlena, serakah tanpa henti,
Merusak alam dengan tangan rakus,
Menghabisi pohon, menodai sungai,
Seolah bumi hanyalah milik mereka seorang.

Tonggeret dan semut tahu,
Mereka hanya bisa meminta, berdoa pada alam,
Agar manusia sadar akan jejaknya,
Dan menghentikan tangis panjang bumi.

Mari kita dengar simfoni kekeringan ini,
Jadikan ia panggilan untuk menanam lagi,
Agar hujan turun, membasuh jiwa yang haus,
Dan anak cucu kita kembali melihat hijau,
Di bumi yang pernah kita hampir hancurkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline