Puisi Segenggam Tabah
Dalam hening malam, ku dengar suaramu,
Kau yang terpuruk, jauh dari jangkauan hatiku.
Setiap kata yang kau ucapkan, mengiris nadiku,
Bagaimana aku menguatkanmu, sedang diriku rapuh dan kelabu.
Kau bagaikan embun pagi yang hilang ditelan sinar,
Mencari harapan di antara bayang-bayang gelap.
Ku ingin meraihmu, namun jarak ini memisahkan,
Seperti angin yang berbisik, tak mampu ku sentuh dengan tangan.
"Bangunlah," kataku dalam hati yang bergetar,
Jangan biarkan kesedihan ini menghancurkan jiwa.
Gaya hidup mewah memang racun berbahaya,
Menghancurkan kekuatan bangsa dengan segala rupa.
Kemewahan itu menipu, membutakan mata hati,
Orang-orang terjebak dalam ilusi yang tak bertepi.
Hidup melebihi kapasitasnya hanya membawa derita,
Sementara nilai-nilai sejati perlahan-lahan sirna.
Mari kita bangkit dari keterpurukan ini,
Dengan segenggam tabah dan harapan yang tak mati.
Kita bisa melawan arus kehidupan yang menggoda,
Menemukan kekuatan dalam kesederhanaan yang nyata.
Dalam setiap langkah kecil menuju cahaya baru,
Kita akan menemukan makna di balik semua rasa pilu.
Bersama kita hadapi dunia dengan penuh percaya diri,
Karena di balik kegelapan selalu ada sinar abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H