Lihat ke Halaman Asli

Tanah Dan Langit: Refleksi Jiwa

Diperbarui: 22 Agustus 2024   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tanah dan Langit: Refleksi Jiwa

Manusia, lahir dari tanah yang lembut,
Dibentuk oleh alam, digenggam dalam rahim bumi.
Makan dari hasil tanah, dari biji yang tumbuh,
Menjadi kuat, berdiri di atasnya dengan bangga.

Kita hidup, menyusuri jalan-jalan berdebu,
Menghirup aroma tanah basah, menapak di bumi yang sama.
Namun, kenapa sering kali kita mendongak ke langit,
Berharap lebih, mengejar sesuatu yang tak terjangkau?

Langit, tinggi dan jauh,
Menggoda dengan janji-janji yang mengilap.
Padahal, tanah inilah yang memberi kita hidup,
Menjadi tempat kita kembali saat cerita berakhir.

Tidak semua layak diberi kesempatan kedua,
Ada luka yang terlalu dalam untuk sembuh sepenuhnya.
Maafkan, ya, untuk kedamaian jiwamu,
Tapi ingatlah, bagaimana mereka pernah mematahkanmu.

Kau adalah jiwa yang berharga,
Layak untuk diperlakukan dengan penuh cinta.
Jangan takut memilih hanya yang membawa sukacita,
Karena hidup ini singkat, dan kau pantas bahagia.

Bangunlah kehidupan yang memenuhi jiwamu,
Jangan lagi tergoda oleh langit yang tak pasti.
Tanah inilah yang merangkulmu dengan kehangatan,
Menjadi tempat di mana mimpi-mimpi bisa tumbuh subur.

Dan jika kau harus kembali ke tanah suatu saat,
Kembalilah dengan damai, tanpa penyesalan.
Karena kau telah hidup dengan penuh makna,
Menyadari bahwa kehidupan yang sejati,
Adalah yang dipijak di bumi, bukan yang terbang di langit.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline