Lihat ke Halaman Asli

dingin dan sunyinya hati

Diperbarui: 29 Juli 2024   02:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Dingin pagi menyapa, sepi merangkak hati,
Embun berdiam, membeku di kaca jendela mati.
Napas memburam, tubuh menggigil kedinginan,
Jiwa merindukan hangat, dalam sunyi sepi ini.

Namun, di balik dingin, ada kekuatan tersembunyi,
Semangat yang membara, jiwa yang tak terkalahkan.
Setiap langkah, adalah kemenangan,
Atas diri sendiri, yang tak pernah menyerah.

Kita punya ritme sendiri, bukan mengikuti orang lain,
Perjalanan hidup, unik dan penuh warna.
Jangan terburu-buru, dalam mengejar tujuan,
Nikmati proses, dengan hati yang lapang.
Dingin dan sepinya pagi,
Saat embun masih bertengger di ujung daun,
Mengajakku merenung, dalam diam yang sunyi,
Tentang perjalanan yang kian tak terbendung.

Tak ada jadwal yang sama bagi kita semua,
Kau tak terlambat, kau di jalurmu sendiri,
Jangan terburu-buru, jangan berlomba dengan dunia,
Kau sedang bekerja keras, kau sedang memperbaiki diri.

Tak perlu membandingkan, tak perlu cemas,
Usaha dan ketulusan, itu sudah cukup,
Berikan yang terbaik, dan jangan terbebani,
Lunakkan hati, bersantailah, dan banggakan upayamu sendiri.

Dalam dingin dan sepinya pagi ini,
Temukan kedamaian, dalam langkah yang pasti,
Nikmati setiap detik, dan bangga pada diri,
Karena perjalanan ini, milikmu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline