Lihat ke Halaman Asli

Jarum Permata Waktu Menusuk Pagi

Diperbarui: 21 Juli 2024   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jarum Permata Waktu Menusuk Pagi

Jarum permata waktu menusuk pagi,
Setiap detik berkilau dalam sunyi.
Embun jatuh diam di ujung daun,
Mengisyaratkan harapan dalam kelu.

Waktu berputar tanpa suara,
Menyelinap dalam hembusan udara.
Setiap tarikan nafas menjadi saksi,
Tentang perjalanan yang tak pernah basi.

Cahaya mentari mulai menyapa,
Menghangatkan hati yang sempat beku.
Pagi ini menjadi sakral,
Dalam detik yang berharga.

Jarum waktu, menusuk tajam pagi,
Membangunkan jiwa dari mimpi yang fana.
Emas dan berlian, hasil proses panjang,
Kau, kekasihku, jatuh dari langit tanpa cela.

Tak perlu melalui api pencucian,
Kecantikanmu alami, tanpa hiasan.
Aku mencintaimu, lebih dari harta dunia,
Kaulah permata hati, yang selalu bersinar.

Ketakutan menghalangi langkahmu,
Pikiran berlebihan, membuatmu terpaku.
Langkah pertama, adalah kunci utama,
Untuk meraih mimpi, tanpa ragu.

Rintangan adalah bagian dari perjalanan,
Tetaplah teguh, hadapi dengan kepantasan.
Kau kuat, mampu mengatasi tantangan,
Bersamaku, kita raih puncak impian.

Jadikan setiap hari, sebagai lembaran baru,
Tulis kisah cinta, dengan tinta yang tak pernah pudar.
Bersama kita, membangun masa depan,
Dengan cinta sebagai pondasi yang kokoh dan abadi.


Mari kita simak tiap detik,
Dalam langkah yang penuh arti.
Jarum permata waktu menusuk pagi,
Mengingatkan kita akan hidup yang abadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline