Lihat ke Halaman Asli

Menggenggam Bara

Diperbarui: 19 Juli 2024   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menggenggam Bara

Tangan terulur, hati terbuka,
Namun, tak semua orang menghargai.
Digenggam bara, panas membakar,
Luka dalam, sulit untuk sembuh.

Jika tak dihargai, janganlah bertahan,
Lepaskan ikatan yang menyiksa jiwa dan badan.
Memang pahit, memang menyakitkan,
Tapi bertahan hanya akan menambah derita yang berpanjangan.

Maaf tak akan datang, perubahan tak akan terjadi,
Siklus penderitaan akan terus berulang tanpa henti.
Demi kesehatan mental, berani melangkah pergi,
Memulai lembaran baru, dengan harapan yang tinggi.

Roh jiwa dan Allah Bapa, selalu menyertai,
Memberikan kekuatan untuk menghadapi hari.
Dengan iman dan kepercayaan, kita mampu berdiri,
Membangun kembali hidup yang penuh berarti.

Jangan takut untuk memulai lagi,
Lepaskan masa lalu, dan raih mimpi.
Hidup terlalu singkat untuk dihabiskan dalam derita,
Beranikan diri, hadapi tantangan, dan raihlah cita-cita.

Dengan kekuatan dari dalam, kita bisa bangkit,
Membangun kehidupan yang lebih baik, tanpa sedikitpun ragi.
Jadilah diri sendiri, tanpa perlu takut atau ragu,
Karena dalam diri kita, tersimpan kekuatan yang luar biasa.

Jangan biarkan orang lain menentukan kebahagiaanmu,
Tentukan sendiri jalan hidupmu, dengan penuh keyakinan.
Lepaskan genggaman bara, dan raihlah mentari,
Hidup adalah tentang pertumbuhan, bukan tentang penyesalan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline