Lihat ke Halaman Asli

Melangkah di Malam Dingin, Menuju Mentari Pagi

Diperbarui: 16 Juli 2024   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Judul: Melangkah di Malam Dingin, Menuju Mentari Pagi

Di tengah malam yang dingin dan sunyi,
Seorang pemulung melangkahkan kakinya yang penuh luka dan lelah.
Mencari sisa-sisa kehidupan di antara tumpukan sampah,
Demi sesuap nasi untuk mengisi perut yang keroncongan.

Tangannya yang kasar dan berbekas luka,
Memungut botol, plastik, dan kardus bekas dengan penuh ketabahan.
Tak ada keluhan yang terucap dari bibirnya,
Hanya doa dan harapan yang tertanam di dalam hatinya.

Dia bukan pemalas, tapi keadaan yang memaksanya untuk berjuang,
Menafkahi keluarga tercinta dengan keringat dan air matanya.
Meski hidup penuh keterbatasan, dia tak pernah menyerah,
Percaya bahwa Tuhan akan selalu memberikan jalan untuknya.

Dia tahu, perjuangan hidup tidak selalu dimenangkan oleh yang kuat,
Tapi oleh mereka yang memiliki tekad dan keyakinan yang kuat.
Bahwa kesuksesan bukan ditentukan oleh harta dan tahta,
Tapi oleh kerja keras, kegigihan, dan semangat pantang menyerah.

Di balik kesederhanaannya, tersembunyi jiwa yang mulia,
Penuh cinta dan kasih sayang kepada keluarga tercintanya.
Dia adalah pahlawan tanpa tanda jasa,
Yang memberikan inspirasi bagi kita semua untuk selalu berjuang dan pantang menyerah.

Malam yang dingin takkan mampu mematahkan semangatnya,
Dia terus melangkah maju, menuju mentari pagi yang menjanjikan harapan.
Percayalah, bahwa di balik setiap kesulitan, pasti ada kemudahan,
Dan di balik setiap kesedihan, pasti ada kebahagiaan.

Marilah kita doakan, semoga sang pemulung selalu diberikan kesehatan dan kekuatan,
Agar dia dapat terus berjuang dan meraih kehidupan yang lebih baik.
Dan semoga kisah inspiratifnya dapat memberikan semangat bagi kita semua,
Untuk selalu berjuang dan pantang menyerah dalam menghadapi rintangan dan tantangan hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline