Berikut adalah puisi berjudul "Memanah Asa di Lubang Jarum Senioritas Abadi":
Di tengah lautan usia, terhampar luas,
Panah Asa Menembus Jarum
Di antara benang kusut, hierarki bertahta,
Senioritas membayang, bak dinding kokoh.
Asa terkurung, bak burung dalam sangkar,
Merindukan kebebasan, terbang bebas.
Namun, panah harapan, takkan pernah pudar,
Menerjang belenggu, menembus kepompongan.
Dengan hati lapang, dan jiwa yang rendah,
Kita buka jalan, menuju kemenangan.
Kerendahan hati, kunci utama,
Menghormati yang lebih tua, tanpa menunduk.
Keberanian untuk berbeda, menjadi nyata,
Menyuarakan kebenaran, tanpa ragu.
Lubang jarum sempit, akan kita lalui,
Dengan semangat membara, dan keyakinan diri.
Masa depan cerah, menanti di sisi,
Untuk mereka yang berani, bermimpi.
Ada lubang jarum, sempit dan nyaris tak berbekas.
Senioritas, raksasa tak terlihat yang berdiri,
Mengintai setiap langkah, menantang mimpi.
Kau hadir dengan asa, panah di tangan,
Mengintai tujuan, meski jalannya tertutup bayangan.
Tak mudah, namun kau tak gentar pada peran,
Karena hanya kelapangan hati yang jadi tumpuan.
Di tengah hierarki yang kokoh, tak goyah,
Hanya dengan rendah hati, kau mendaki tanjakan.
Menghormati yang tua, tanpa melupakan asa,
Meniti jalan, menembus lubang jarum yang sempit itu juga.
Dengan hati yang lapang, kau membuka jalan,
Menghadapi rintangan, meski penuh dengan tantangan.
Kerendahan hati adalah senjata terkuat,
Memanah asa, menembus batas yang tampak kuat.