Lihat ke Halaman Asli

Fakta (1): Nenek/Kakek, Pembantu Rumah Tangga, dan Penitipan Anak

Diperbarui: 9 Agustus 2016   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Apakah Anda seorang perantau? Apakah Anda seorang baru menjani pernikahan? Atau pula apakah Anda adalah sedang menjalankan rumah tangga yang baru? Apakah Anda seorang wanita karir yang bekerja di daerah perantau? Dan Apakah Anda hidup jauh dari orang tua? Bahkan tanpa Saudara, Anda hidup di perantau. Lalu, apa yang Anda lakukakan saat Anda memiliki anak atau momongan yang pertama?

Pertanyaan diatas merupakan sebuah pertanyaan yang umum dialami oleh seorang perantau dan hidup jauh dari orang tua, sedangkan ia adalah pekerja baik suami ataupun istrinya. Pekerjaan mereka dimulia jam delapan pagi hingga jam empat sore. Sedangkan ia baru memiliki anak.

Pemandangan yang terjadi di sekitar kita biasanya, setelah orang seorang Ibu melahirkan biasanya adalah mencari pembantu rumah tangga, ditemani oleh orang tuanya (nenek/ kakek), atau mencari tempat penitipan anak.

Pembantu rumah tangga berfungsi membantu pekerjaan rumah tangga seseorang seperti menyapu, mengepel, memasak, menyetrikan, dan lainnya. Biasanya ia diperoleh dari tetangga rumah atau asal keluarga tersebut berasal jika ia seorang perantau. Namun, berdasarkan informasi yang saya peroleh bahwa untuk mendapatkan pembantu rumah tangga dengan kualitas dan karakter baik tidaklah mudah. Sehingga perlu berhati-hati dalam memilih dan menyeleksinya. Terlebih untuk urusan memomong anak.

Apakah kita pernah mendengar bahwa ada seorang pembantu rumah tangga yang berbuat kasar terhadap seorang anak asuhannya karena anak tersebut rewel? Saya rasa pernah mendengar berita itu. Ia (pembantu rumah tangga) tersebut melakukannya diduga karena sudah tidak sabar dengan tangisan atau rewel terhadap anak atau anak. Menurut saya, logika yang ada dalam benak orang tersebut juga nyambung karena ia bukanlah darah dagingnya sendiri. Disaat keadaan ia letih, capek dan suntuk yang ada dibenak orang tersebut adalah melakukan apa saja, apalagi anak tersebut bukan anaknya. Hanya saja, hati kemanusiaannya masih berfungsi atau tidak. Berarti masalahnya ada pada nurani kemanusiaan.

Nenek/ kakek adalah orang paling dekat dengan cucu. Ia adalah orang tua bagi anak yang telah melahirkan seorang cucu. Biasanya umur nenek sudah tidak produktif lagi dalam karirnya. Saat status menjadi nenek/ nenek, biasanya sudah tidak bekerja secara aktif di kantornya. Aktivitas hidupnya sekitar dengan kehidupan rutinnya sewaktu muda, sehingga ia memiliki banyak waktu. Oleh karenanya, mereka dimintai tolong oleh anaknya yang telah memiliki momongan untuk momong atau mengasuh cucunya saat anaknya bekerja di kantor atau perusahaan.

Penitipan anak. Saya hingga saat ini kemunculan penitipan anak, tujuan utama didirikan tempat itu apa, belum mengetahui. Dulu, pengalaman saya dari kecil hingga sekarang belum pernah dititipkan ke penitipan anak. Pengamatan saya biasanya penitipan anak diperuntukkan bagi ibu yang bekerja di kantor atau perusahaan yang mulai bekerja jam tujuh pagi hingga jam empat sore. Sembari ke tempat kerja, biasanya ia menitipkan anaknya di daerah yang dekat dengan kantornya. Kemudian, sorenya pulang sekalian menjemput anaknya. Anak yang dititipkan dibekali dengan makanan, pembalut bayi (pempers), dan peralatan bayi.

Itulah fakta pertama yang saya temukan di lingkungan yang saya jumpai. Fakta-fakta ini akan saya kumpulkan dulu sebagai bahan renungan dan kajian kecil bagi diri kita dalam menjadi orang tua yang baik. Karena anak yang baik dihasilkan dari orang yang baik pula, mulai dari cara mengasuh dan mendidik. Sehingga pilihan-pilihan yang ada di lingkungan kita yaitu anak yang dengan nenek/ kakek, atau pembantu rumah tangga, atau pula tempat penitipan anak, mungkin itu tidak baik, namun karena sudah menjadi budaya maka menjadi pemandangan yang baik, padahal itu tidak tepat.

Atau sebaliknya, itu adalah budaya yang baik, hanya cara pandang kita yang keliru dalam memaknainya. Oleh karenanya fakta-fakta ini perlu kita kumpulkan terlebih dahulu agar apa yang kita bicarakan berdasarkan realita. Semoga melalui tulisan ini bisa membuka pikiran saya mengenai peran orang tua yang baik. Amin

Semarang, 8 Agustus 2016

Agung Kuswantoro




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline