Konflik di Semenanjung Korea dimulai setelah Korea bebas dari penjajahan Jepang pada 1945, segera disusul oleh ketegangan antara blok kapitalis-liberalis dan sosialis-komunis. Perang Korea dimulai pada 25 Juni 1950 ketika Korea Utara, dengan dukungan Uni Soviet, menyerang Korea Selatan melintasi garis paralel ke-38. PBB merespons cepat dengan mengeluarkan Resolusi 82 dan 83 untuk menghentikan permusuhan dan mendukung Korea Selatan.
PBB kemudian mengeluarkan Resolusi 84 pada 7 Juli 1950, memberikan mandat kepada Amerika Serikat untuk memimpin komando pasukan multinasional. Operasi militer mempertahankan Busan dan melakukan pendaratan di Incheon pada September 1950. Pada November 1950, China memasuki konflik dan memaksa pasukan PBB mundur. PBB juga memberikan bantuan kemanusiaan dan melakukan evakuasi di Hungnam. Pada awal 1951, Tentara Relawan Rakyat China berhasil merebut kembali Seoul, namun pasukan PBB berhasil melancarkan serangan balik pada Mei 1951, yang menyebabkan stagnasi pertempuran di sekitar garis paralel ke-38.
Negosiasi perdamaian dimulai pada 10 Juli 1951 di Kaesong, kemudian berlanjut di Panmunjom. Setelah dua tahun negosiasi yang sulit, Perjanjian Gencatan Senjata akhirnya ditandatangani pada 27 Juli 1953 di Panmunjom, yang mengakhiri pertempuran sementara di Semenanjung Korea. Meski demikian, perjanjian damai permanen belum tercapai hingga saat ini, dan ketegangan di wilayah tersebut tetap menjadi salah satu konflik geopolitik paling berbahaya di dunia.
Konteks Geopolitik Saat Ini
Kapabilitas nuklir Korea Utara kini menjadi ancaman stabilitas di Asia Timur. Dengan kemajuan dalam program senjata nuklir, Korea Utara telah meningkatkan daya ancamnya, menciptakan ketidakpastian di kawasan dan kekhawatiran di antara negara-negara tetangga. Sanksi internasional yang dijatuhkan oleh PBB dan negara-negara lain terhadap Korea Utara juga berdampak signifikan, tidak hanya pada perekonomian negara tersebut tetapi juga pada stabilitas politiknya. Tekanan internasional dapat memicu reaksi provokatif dari Pyongyang (UK Parliement, 2023).
Potensi Titik Nyala Konflik
Potensi konflik di Semenanjung Korea terus meningkat akibat provokasi dan pamer kekuatan militer oleh Korea Utara, disertai latihan militer skala besar oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat.