Kompasianer, kalau bicara menu peranakan, saya terbayang cita rasa asam segar-nya. Kemudian sayur peranakan, biasanya punya kuah kental lumer---macam cap cay--. Pun saosnya juga kental, agar ada asam manis -- macam saos pyunghay.
Sebenarnya tidak salah, tetapi menu peranakan sebenarnya banyak ragamnya. Dan saya bisa temui, saya berkunjung dan bersantap di resto peranakan nusantara.
Kalian yang tinggal di Jakarta dan kota penyangga, bisa banget wisata kuliner. Mmenikmati aneka menu peranakan, tentunya dengan cita rasa autentic. Sebagian mirip, dengan deskripsi di paragraf atas.
Adalah Kedai Sirih Merah, di Taman Kebon Sirih Jakarta Pusat. Lokasinya strategis, sangat mudah dijangkau dengan transportasi publik. Masuk ke resto ini, mengingatkan saya pada film Ca Bau Kan, Sutradar Nia Dinata.
-----
Dari pelataran saya sudah merasakan vibes tionghwa, mulai dari bangunan pun warna cat. Kusen dan pintu khas, dengan kaca kotak-kotak ukuran sedang. Lantai dengan tegel motif lama, meja kursi yang sangat mendukung.
Perabot, pernak-pernik, hiasan, dan semua yang berkaitan dengan tionghwa tersaji di depan mata. Pendek kata meleng sedikit saja, dijamin disambut all about peranakan.
Apalagi kalau buka buku menu, tersedia pilihan hidangan yang menggoda. Kalau mau menu khas peranakan, ada ayam shio yang dagingnya empuk rasanya nempel di lidah. Sup bakso penganten, bener deh, beda dan lain dari bakso biasanya.
Kalau mau coba menu soka, asem-asemnya dari irisan mangga, bikin lidah celekit celekit nagih. Selain itu ada tumis jagung petai, dan masih banyak menu unik lainnya.
Dua hari sebelum menulis artikel ini, saya mengajak istri ke restoran ini. Memesan paket nasi timbel komplit, daging sapi lada hitam, sup baso penganten, minumnya es teller dan es kacang merah.