Sehebat apapun pertengkaran kalian, tolong jangan ada yang pergi. Karena yang namanya hubungan, pasti ada fase pasang surut. Kadang Bahagia kadang ribut, tapi tolong bijaklah jangan tiba-tiba menghilang setelah apa yang kalian mulai.
Jujurly, saya menemukan dampak baik di era medos saat ini. Adalah bermunculannya akun-akun inspiratif, membahas hal-hal yang spesifik. Salah satunya akun tentang pernikahan, yang kontennya sangat inspiratif.
Cuplikan status medsos di awal tulisan ini, sangat saya aminkan. Saya pernah mengalami sendiri, dulu ketika awal menikah -- 2005. Saya adalah pihak yang pergi, kalau sedang terjadi perselisihan dengan istri.
Satu dua kali istri membiarkan, ketika suaminya kabur di tengah perdebatan. Setelah kali ketiga, barulah saya diperingatkan. Agar tidak pergi, kalau sedang bertukar paham.
Pergi saat bertengkar, sama sekali bukan solusi. Apalagi ditengah melontarkan argumen, perlu direspon agar berimbang. Ibarat meninggalkan lapangan saat tanding berlangsung, dikategorikan sikap yang tidak bijak.
Sejak saat itu, saya tetap tinggal sampai perselihan kata selesai. Memang seketika menjadi kikuk, saya pun istri bisa diam-diaman. Tetapi masa diam itulah, membuat terbuka pikiran saya. Apa manfaat yang saya dapat, ketika mempertahankan kekakuan itu berlangsung lama.
Ego itu mendadak meluntur, saya yang merasa memulai pertengkaran, berani meminta maaf. Pun istri, juga tak enggan minta maaf saat berada di pihak yang salah.
Demikian berlangsung, bahkan hingga puluhan tahun. Kami berusaha bertahan, untuk kebaikan bersama dan demi anak-anak.
------
Sewaktu SD saya pernah mendapati, ibu bertengkar besar dengan ayah. Ketika itu di pagi hari, seisi rumah sedang sibuk. Saya hendak berangkat ke sekolah, ibu siap ke pasar membuka warung dan ayah ke sekolah mengajar.
Pertengkaran dipicu kejadian semalam, ibu mempermasalahan ayah yang bermain catur. Karena kerap pulang kemalaman, ibu curigai suaminya ada main dengan perempuan lain. Ayah tak terima dituduh, melampiaskan kekesalan di pagi hari.