Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Sayangi Ibumu Secara Tangguh dengan Tidak Merepotinya Saat Sepuh

Diperbarui: 13 November 2024   19:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dokumentasi pribadi)

Kompasianer pasti sepakat, bahwa ibu adalah orang paling pertama di kehidupan anak. Peletak fondasi hidup, bagi buah hati yang sangat dikasihi. Saya sangat mengamini, kalimat yang menyatakan kasih ibu sepanjang masa.

Meski untuk pengorbanan ibu, terkadang tak selalu berbalas. Anak yang dibesarkan dengan susah payah, tak semua paham berbakti.  Ada yang menyia-nyiakan ibu, pun masih ngrepotin ibunda di masa tuanya.

Saya pernah membaca berita, anak tega menjerat ibunya dalam kasus hukum. Di medsos diposting foto ibu renta, sedang duduk pasrah di kursi sidang. Tatapan mata jernih itu, mewakili ketulusan cinta dari hati seorang ibu.

Hakim yang membacakan tuntutan, tak sanggup membendung isak haru. Akhirnya ibu sepuh dinyatakan bebas, tidak ada jeratan hukum yang memberatkan. Kejadian luar biasa terjadi,  perempuan tua berbesar hati. Membuka pintu maaf lebar-lebar, pada anak kandung yang hendak memenjarakannya.

Saat link berita ini dishare di medsos, sontak netizen mengecam ulah anak durhaka. Banyak yang tidak setuju, kalau si anak tidak dituntut balik.

-----

"Anak sudah gede, aturannya ngasih duit bukan ngrepotin ibuknya," ujar seorang ibu

"ya, kalau belum bisa ngasih, gimana dong," saut si anak enteng

Awal merantau di Jakarta, saya punya kenalan di tempat kost baru. Laki-laki yang usianya sekitar 4 atau 5 tahun di atas saya, sudah berumah tangga tapi belum dikaruniai buah hati. Ada sikapnya yang sangat tidak saya setujui, adalah menganggur dan minta sangu ibunya.

Kemudian saya pindah kost, dan sampai sekarang -- bisa dibilang---lost contact. Mengingat kami tidak akrab- akrab banget, hanya saling mengenal sekadarnya saja. Ditambah sikap yang kurang bagus tersebut, membuat saya enggan berkawan dekat.

Di lain waktu dan tempat, saya pernah menyaksikan sendiri. Seorang teman diuji dengan kebangkrutan usaha, musti menanggung utang.  Kemudian teman ini, minta ibunya untuk membayarkan utangnya. Ya, membayar dengan uang ibu, dan setelahnya tidak diganti.

Padahal ketika usaha sedang ramai-ramainya, si ibu tak ikut menikmati hasil usaha anaknya. Tahu-tahu saat jatuh, ibunya dilibatkan menanggung beban. Mirip dengan kisah di atas, si ibu bersedia membayar utang anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline